ANALISA PENGGUNAAN BAHASA DALAM PENELITIAN KEBUDAYAAN Latar Belakang Masalah Disebutkan Etnografi baru bertolak dari definisi budaya dari Ward Goodenough. Menurutnya budaya masyarakat adalah terdiri atas segala sesuatu yang harus diketahui agar seseorang dapat berprilaku yang dapat diterima masyarakat. Menjelang abad 19 muncul pandangan baru bahwa seorang antropolog harus melihat secara langsung kelompok masyarakat yang menjadi objek penelitiannya. Salah satu hal penting dalam penelitian tersebut adalah bahasa. Alat Bantu bahasa dipergunakan untuk memasuki kehidupan masyarakatyang akan diteliti. Inti dari etnografi adalah memperhatikan makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang kita pahami. Informasi tentang kejadian atau tindakan yang menimpa orang yang kita teliti tesebut sering kita dapatkan melalui memberikan pertanyaan secara langsung kepada mereka. Dalam hal ini kita mempergunakan bahasa, baik itu bahasa bangsa sendiri maupun bahasa asing sejauh kita mengerti dan bisa menyampaikan pesan dari bahasa tersebut dengan tepat. Sekarang ini manusia banyak mendapatkan informasi dari media cetak yang dituliskan dengan pemakaian bahasa asing yang masih aneh di kuping mayoritas masyarakat Indonesia kita. Oleh karena itu kemampuan dalam menganalisa bahasa sangatlah diperlukan oleh manusia di jaman modern ini. Belajar bahasa asing akan sangat membantu manusia itu sendiri dalam mengembangkan ilmunya. Dalam meneliti kebudayaan, analisa penggunaan bahasa sangatlah diperlukan demi kelancaran penelitian tersebut. Kita lihat contoh kasus di bawah ini: A. Contoh kasus pertama. Jika kita sedang meneliti kebudayaan suku Dayak, propinsi Kalimantan, tentunya kita harus menanyakan semua pertanyaan-pertanyaan kita kepada orang-orang asli suku tersebut agar kita bisa mendapatkan informasi yang sangat akurat tentang apa yang kita teliti dari kehidupan mereka. Jika peneliti tidak memiliki kemampuan berbahasa suku Dayak tersebut, setidak-tidaknya peneliti memakai tenaga translator (pengalih bahasa) yang memiliki kemampuan menyampaikan kepada kedua belah pihak, peneliti-informan, tentang apa yang ditanyakan pada informan dan menerjemahkan apa jawaban si informan ke dalam bahasa si peneliti. Jadi informasi yang diperoleh bisa dimengerti oleh kedua belah pihak meskipun hal itu memakan waktu yang lebih lama dibandingkan jika si peneliti memiliki kemampuan sendiri dalah hal bahasa si informan. Si pengalih bahasa harus memiliki kemampuan minimal dua bahasa, yakni bahasa informan dan juga bahasa peneliti. B. Contoh kasus kedua. Kita akan meneliti tentang kebudaayaan para PSK (Pekerja Seks Komersil). Disini kita dituntut mengerti bahasa-bahasa yang dipakai oleh informan kita, dalam hal ini bahasa-bahasa para kaum PSK tesebut dikarenakan bahasa pergaulan mereka agak berbeda dan sering tidak dipahami oleh masayarakat umum. Untuk lebih dekat dengan mereka dalam mendapatkan informasi tentang kehidupan mereka, si peneliti semestinya menanyakan pertanyaan-pertanyaan dalam bahasa sehari-hari mereka. Dengan cara si peneliti masuk ke jalan pikiran mereka (baca: bahasa), secara tidak langsung kita akan mendapatkan informasi yang lebih akurat dibandingkan dengan peneliti yang yang mempergunakan bahasa formal saja. Dalam hal ini, penggunaan kata-kata baru yang dipergunakan dalam keseharian mereka bisa juga kita jadikan sebuah objek penelitian di masa mendatang. C. Contoh kasus ketiga Sekiranya kita akan meneliti sebuah buku atau novel sastra yang berbahasa asing, semetinya kita memahami dan mempunyai pengetahuan akan bahasa yang dipakai dalam novel tersebut. Dengan demikian kita dapat meneliti dan memahami dengan baik isi/pesan dari karya sastra tersebut. Oleh karena itu, seorang alih bahasa (translator) sangat diperlukan di jaman modern ini dimana banyak informasi yang kita butuhkan dalam pengembangan ilmu kita yang masih ditulis oleh pengarang asing, dimana bahasa yang dipergunakannya adalah bahasa bangsa dimana dia tinggal. Kesimpulan Analisa penggunaan bahasa dalam penelitian kebudayaan sangatlah besar peranannya di jaman sekarang ini. Segala informasi yang kita inginkan mempergunakan bahasa, baik itu bahasa ibu kita, bahasa bangsa kita maupun bahasa asing. Oleh sebab itu, kita sangat membutuhkan ketrampilan berbahasa asing, minimal bahasa internasinal yakni bahasa Inggris disamping bahasa bangsa kita, khususnya bagi mereka yang masih berada di bangku pendidikan (murid/siswa, mahasiswa, tenaga pengajar, dll) yang sangat membutuhkan ketrampilan bahasa asing karena mereka sering dan harus melakukan penelitian/laporan/tugas yang informasinya masih ada dalam bahasa asing. Jadi kemampuan untuk menganalisa bahasa itu sendiri sangatlah perlu bagi semua kalangan dan juga semua umur agar tetap bisa mengembangkan ilmu pengetahuan demi kelanjutan hidup manusia itu sendiri. ** End **


ANALISA PENGGUNAAN BAHASA
DALAM PENELITIAN KEBUDAYAAN


by: Gunawan Tambunsaribu_10606092_4SA03_Kalimalang_2006_Gunadarma University


Latar Belakang Masalah
Disebutkan Etnografi baru bertolak dari definisi budaya dari Ward Goodenough. Menurutnya budaya masyarakat adalah terdiri atas segala sesuatu yang harus diketahui agar seseorang dapat berprilaku yang dapat diterima masyarakat. Menjelang abad 19 muncul pandangan baru bahwa seorang antropolog harus melihat secara langsung kelompok masyarakat yang menjadi objek penelitiannya. Salah satu hal penting dalam penelitian tersebut adalah bahasa. Alat Bantu bahasa dipergunakan untuk memasuki kehidupan masyarakatyang akan diteliti. Inti dari etnografi adalah memperhatikan makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang kita pahami. Informasi tentang kejadian atau tindakan yang menimpa orang yang kita teliti tesebut sering kita dapatkan melalui memberikan pertanyaan secara langsung kepada mereka. Dalam hal ini kita mempergunakan bahasa, baik itu bahasa bangsa sendiri maupun bahasa asing sejauh kita mengerti dan bisa menyampaikan pesan dari bahasa tersebut dengan tepat.
Sekarang ini manusia banyak mendapatkan informasi dari media cetak yang dituliskan dengan pemakaian bahasa asing yang masih aneh di kuping mayoritas masyarakat Indonesia kita. Oleh karena itu kemampuan dalam menganalisa bahasa sangatlah diperlukan oleh manusia di jaman modern ini. Belajar bahasa asing akan sangat membantu manusia itu sendiri dalam mengembangkan ilmunya.
Dalam meneliti kebudayaan, analisa penggunaan bahasa sangatlah diperlukan demi kelancaran penelitian tersebut. Kita lihat contoh kasus di bawah ini:

A. Contoh kasus pertama.
Jika kita sedang meneliti kebudayaan suku Dayak, propinsi Kalimantan, tentunya kita harus menanyakan semua pertanyaan-pertanyaan kita kepada orang-orang asli suku tersebut agar kita bisa mendapatkan informasi yang sangat akurat tentang apa yang kita teliti dari kehidupan mereka. Jika peneliti tidak memiliki kemampuan berbahasa suku Dayak tersebut, setidak-tidaknya peneliti memakai tenaga translator (pengalih bahasa) yang memiliki kemampuan menyampaikan kepada kedua belah pihak, peneliti-informan, tentang apa yang ditanyakan pada informan dan menerjemahkan apa jawaban si informan ke dalam bahasa si peneliti. Jadi informasi yang diperoleh bisa dimengerti oleh kedua belah pihak meskipun hal itu memakan waktu yang lebih lama dibandingkan jika si peneliti memiliki kemampuan sendiri dalah hal bahasa si informan. Si pengalih bahasa harus memiliki kemampuan minimal dua bahasa, yakni bahasa informan dan juga bahasa peneliti.

B. Contoh kasus kedua.
Kita akan meneliti tentang kebudaayaan para PSK (Pekerja Seks Komersil). Disini kita dituntut mengerti bahasa-bahasa yang dipakai oleh informan kita, dalam hal ini bahasa-bahasa para kaum PSK tesebut dikarenakan bahasa pergaulan mereka agak berbeda dan sering tidak dipahami oleh masayarakat umum. Untuk lebih dekat dengan mereka dalam mendapatkan informasi tentang kehidupan mereka, si peneliti semestinya menanyakan pertanyaan-pertanyaan dalam bahasa sehari-hari mereka. Dengan cara si peneliti masuk ke jalan pikiran mereka (baca: bahasa), secara tidak langsung kita akan mendapatkan informasi yang lebih akurat dibandingkan dengan peneliti yang yang mempergunakan bahasa formal saja. Dalam hal ini, penggunaan kata-kata baru yang dipergunakan dalam keseharian mereka bisa juga kita jadikan sebuah objek penelitian di masa mendatang.

C. Contoh kasus ketiga
Sekiranya kita akan meneliti sebuah buku atau novel sastra yang berbahasa asing, semetinya kita memahami dan mempunyai pengetahuan akan bahasa yang dipakai dalam novel tersebut. Dengan demikian kita dapat meneliti dan memahami dengan baik isi/pesan dari karya sastra tersebut. Oleh karena itu, seorang alih bahasa (translator) sangat diperlukan di jaman modern ini dimana banyak informasi yang kita butuhkan dalam pengembangan ilmu kita yang masih ditulis oleh pengarang asing, dimana bahasa yang dipergunakannya adalah bahasa bangsa dimana dia tinggal.

Kesimpulan
Analisa penggunaan bahasa dalam penelitian kebudayaan sangatlah besar peranannya di jaman sekarang ini. Segala informasi yang kita inginkan mempergunakan bahasa, baik itu bahasa ibu kita, bahasa bangsa kita maupun bahasa asing. Oleh sebab itu, kita sangat membutuhkan ketrampilan berbahasa asing, minimal bahasa internasinal yakni bahasa Inggris disamping bahasa bangsa kita, khususnya bagi mereka yang masih berada di bangku pendidikan (murid/siswa, mahasiswa, tenaga pengajar, dll) yang sangat membutuhkan ketrampilan bahasa asing karena mereka sering dan harus melakukan penelitian/laporan/tugas yang informasinya masih ada dalam bahasa asing. Jadi kemampuan untuk menganalisa bahasa itu sendiri sangatlah perlu bagi semua kalangan dan juga semua umur agar tetap bisa mengembangkan ilmu pengetahuan demi kelanjutan hidup manusia itu sendiri.   
** End **






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan,,,jangan KUTUK Indonesiaku....

DUKA INDONESIAKU