TULISAN_SEBUAH CERPEN CINTA UNIK



“”  DERITA UNTUK BAHAGIA  “”

“” By: Goenawan Reza Tamboensaribu_P. Gadung September  23.2004 11.55 WIB  “

Saat semuanya telah berlalu dari hadapanku, aku terlalu menyesalinya. Sering kali aku bertanya, mengapa sesal itu harus datang setelah semuanya terjadi. Setelah itu, apa yang harus ku perbuat?. Ingin ku perbaiki lagi semuanya dan ingin mengulangnya kembali, tapi semunya telah berlalu seperti waktu.
Ntah apa yang membebani langkahku. Aku ingin pergi berjalan menuju suatu arah. Namun belum aku melangkah, aku merasakan ada beban yang tiba-tiba bediri di pundakku. Saat seperti ini, aku hanya berhenti diam tak berdaya. Jiwaku kosong dan hanya bisa meratap dalam bathinku. Inilah deritaku sebagai seorang manusia biasa dan aku pun tahu, aku takkan pernah menjadi sempurna, karena semua itu hanya ada pada Tuhan semesta alam.
Hari ini, bertambah lagi satu hari dalam hidupku. Terkadang, pagiku menyenangkan dengan munculnya harapan baru. Kadang kala juga, pagiku datang memuakkan dengan berjuta penyesalan di masa lalu. Di Bawah Sinar Surya yang menyengat, aku tersadar bahwa siang telah kembali. Di suasana kerjaku, berbagai persoalan dan amarah selalu datang menghampiriku. Saat aku tertawa bahagia, rasanya aku ingin hidup seribu bahkan sejuta tahun lagi. Namun waktu aku temukan hati dan rasaku dalam duka nestapa, aku ingin mengakhiri hidupku sampai saat itu saja. Itulah pikiran manusia seperti aku saat ini. Aku tak bisa memahami apa arti kita menjalani hidup. Untuk Bahagia?, atau menderita?, atau untuk kedua-duanya??.
30 Tahun kini aku sudah lewati dalam menjalani hidup. Saat ini baru aku sadari bahwa hidup ini sepantasnya dinikmati, walaupun kita berada dalam suasana sedih dan juga bahagia. Aku menertawai cara hidupku yang dulu penuh dengan kebosanan dan kebencian, karena aku takut dalam menghadapi apa yang seharusnya aku hadapi. Aku tersenyum saat aku bayangkan amarah itu bergejolak menggelisahkan hatiku, namun aku sekarang telah menyadarinya dan berharap bisa belajar untuk lebih dewasa dari masa lalu.
Siang ini, aku dipangggil atasanku untuk sebuah kesalahan yang aku perbuat dalam lingkungan kerja. "Ah!, betapa indah dan berwarnanya dunia ini, jika setiap hari beliau tersenyum seperti saat ini dia menyambut dan mempersilahkan aku duduk dan mengubah suasana maerah menjadi redam dalam keakraban dan senyuman. Sebelumnya atasanku yang tergolong ringan tangan utnuk mengeluarkan surat P>H>K (Pemutusan hubungan kerja ), hari ini berubah menjadi seorang ayah yang mempunyai pribadi menyenangkan anak-anaknya, bukan pribadi yang suka menghakimi orang-orang yang lemah. Aku bersyukur kepada Tuhan, telah diberinya waktu untuk atasanku dalam mengubah sebuah kesedihan menjadi sebuah kegembiraan.
Hari ini datang kembali dengan tiba-tiba, karena baru saja aku mau memejamkan mata untuk tidur. Hari ini aku mendapatkan surat yang menjadi suatu Dilema buatku. Keluargaku, khususnya ayah dan ibuku memaksaku untuk cepat menikah, karena umurku sudah kepala tiga, katanya umur yang sudah terlalu tua untuk menikah bagi seorang gadis. Sudah menjadi aib bagi keluargaku jika belum menikah di umur begitu. Katanya mereka ingin aku bahagia?. Tapi apa?, meraka tanpa sengaja telah membuat aku sedih dan tak bisa berbuat apa-apa untuk itu, karena aku belum mendapatkan Pria yang sesuai dengan hatiku. Aku berfikir?, untuk apa aku harus menikah dengan cepat, kalau nantinya aku cepat mati juga hanya karena aku menikah dengan orang yang tidak ku cintai. 
Bulan berikutnya, aku merasakan teman-teman dan juga keluargaku sudah mulai tidak perduli dengan keadaanku dan paling sakitnya aku rasakan saat mereka menuduh aku tidak "Perawan" lagi, makanya aku takut untk menikah. Mereka telah mengumbar-umbar cerita yang sangat menusuk hati dan perasaanku. Saat itu juga ingin ku habiskan semua air mataku yang mengalir deras di pipiku, dan setelah terkuras semuanya aku bisa kembali tegar. Itukah tunas Iman percayaku, bahwasanya aku bisa mengubah sedihku menjadi bahagia. Aku bersyukur, aku tidak terlalu terlarut akan hal itu, karena aku yakin aku tidak seperti yang mereka kira. Aku bersyukur masih bisa memberikan cinta dan kasih sayangku kepada orang yang membutuhkannya. Aku terus bersyukur dan terus bersyukur atas pertolongan Dia yang tidak kelihatan "Tuhanku".
Hari ini aku merasakan suatu kebahagiaan, dan bahagia itu dalam jiwaku. Saat aku temukan diriku masih penuh dengan harapan untuk melangkah hari ini dan esok. Dulu aku benci dengan hidupku, kini aku mencoba untuk mencintai hari yang harus aku lalui, karena aku masih bernafas. Wakau aku akan selalu merasakan adanya benci, marah, duka, bosan dan lain sebagainya, namun aku mencoba untuk tidak larut dalam hal itu. Aku berusaha untuk mengalahkan semua itu dan mengubahnya menjadi suatu kebahagiaan dalam hidupku. Sekarang baru aku tahu bahwa hidup terdiri dari dua jawaban, Ya atau Tidak!, bahagia atau sedih. Itulah derita dan juga bahagia. Kita hanya bisa mengubah derita untuk mendapatkan bahagia. Tapi selalulah bersyukur, karena hidup memang tak bisa dihindari, hanya untuk kita jalani dan cobalah untuk menikmati semua yang ada di depan mata.

Editted By Goen //Pt.KDS. Ind-2100 mm_cibitung //Wednesday, June 28, 2006___

*** This story is never published yet at any media. It's arranged By Gunawan Reza Tambunsaribu.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan,,,jangan KUTUK Indonesiaku....

DUKA INDONESIAKU