Daily story of my life (all the colours comes to me)


Mar 05-2006, 22.15 WIB

SUARA HATIKU YANG KACAU

Tak pernah aku mengharapkan aku hadir lama disamping orang-orang yang wkatu keecil aku sayang. Tapi kini aku merasakan ada rasa benci yang mulai mencuat dihatiku pada mereka. Kenapa?. Aku benci bukan tidak beralasan. Memang aku tak bisa menghindari bahwsanya aku sedarah dan tak kan pernah pula aku ingkari kalau mereka adalah saudara kandungku. Tetapi kini kau benci dengan sifak dan tingkah orang-orang yang tidak menghargai nasihat baik yang tiap hari aku berikan. Hal yang membuat aku ingin menjauh dari samping mereka adalah bahwasanya aku muak dengan sikap dan tingkah mereka yang tidak menghargai niat baik seseorang, apalagi aku bukanlah orang yang asing dari kehidupan mereka sehari-harinya. Inilah suara hatiku yang kesal, muka , benci dengan keadaan seperti sekarang ini. Sampai hari ini juga, aku masih bisa bertahan menghadapi semua sikap keras kepala mereka. “Tuhan...aku sungguh berdosa karena membenci mereka, orang-orang yang dulu sangat menyayangiku. Tetapi Tuhan....bukankan Kau yang memberiku hati, hari dan rasa?. Tuhan...saat ini aku merasa hidupku jenuh, lelah dan sedih. Kalau Engkau mau Tuhan, biarkanlah aku memilih jauh dari kehidupan mereka, biar dari jauh aku bisa menyayangi mereka melalui doa. Apa salahku Bapa hingga saat ini aku terbelenggu dengan keadaan seperti ini. Inikah yang namanya percobaan dariMu?, ataukah aku yang terlalu egois dan tak bisa menguasai hatiku?. Terus terang Tuhan, aku benci dengan keadaaan seperti ini. Aku benci terhadap orang-orang yang keras kepala, sok, materialistis, sombong, angkuh dan segala macamnya itu. Tuhan...tabahkanlah hatiku sampai saat Kau izinkan aku menjauh dari kehidupan mereka. Adalah lebih baik aku tinggal menyendiri, jika di dalam kebersamaan ini aku hanya terperangkap dalam gelap dan menambah dosa hanya dengan sebuah rasa “kebencian” yang ada dihatiku.  (God, Please throw away this hateness. Amen)”.


“Blanks...Blanks...”
2005
“Tuhan....., resah dan gundah ini menyengsarakan hatiku. Setiap hari aku mencoba untuk mencari keberadaanMu agar aku tak menanggung rasa ini sendirian. Hanya padamu Yesus aku bisa bercerita lebih dalam tentang semua mimpiku. Walaupun Kau telah memberiku kekuatan untuk menghadapi hidup ini, tetapi di dalam benakku aku senakin tak yakin kalau aku mampu menanggung beban ini sendirian. Terkadang dalam semenit saja aku bisa berubah dan membenci diriku sendiri. Salahkah aku Tuhan jika aku tidak punya pengharapan untuk bangkit dari keterpurukan hatiku?. Apa yang aku kagumi malah itu yang membuatku lemah dan akhirnya salah menilaiMu. Bapa..biarlah kuserahkan segala ingin, khawatir, gelisah dan bimbangku ini hanya padamMu saja. Tiada yang bisa menerima diriku apa adanya, termasuk orang-orang yang selama ini aku cintai. Aku mau lebih dekat denganMu Bapa. Kaulah sumber mata air dalam hausnya jiwaku. Kau yang bisa hibur aku saat kau bersedih dan juga marah. Tuhan, Bapa, Yesusku..sayangilah orang-orang yang kucintai selama ini, karena tidak selalu bisa menyenangkan hati mereka. Jika mereka membenci keberadaanku dan juga hadirku, Kaulah yang memberikan kesenangan dan kebahagiaan bagi mereka. Jika mereka haus akan kasih sayang, berikanlah kasihMu kepada mereka bapa. Karena aku tahu, kasihmu sangat dashyat dan mampu mengobati segala rasa sakit yang ada di hati dan juga pikiran manusia. Engkau tahu bapa..hatiku Engkau yang menciptakan. Aku hanyalah manusia biasa dan hanya engkaulah satu-satunya Allah yang sempurna Bapa. Bapa..jika aku adalah sebuah kebencian, taburi aku dengan kasih sayang. Jika aku adalah sebuah pertengkaran, taburi aku dengan kedamaian. Dan jika pun aku adalah sebuah kesepian...jadikan aku menjadi sebuah keramaian. Kalau aku adalah setan, ubahlah aku menjadi malaikat. Karena aku sudah lelah, bosan dengan suasana hatiku. Bapa..biarlah kau masih memberiku hati dipagi hari, untuk selalu berucap syukur atas kasihMu selama ini. Amen.

“memories in the past”
09th-august-2005. Tuesday 22.13 WIB Bekasi

Sepertinya aku kembali seperti pertama kali aku tiba disini. Suasana Jakarta yang sumpek semakin membuatku terhanyut dalam rasa di hatiku yang sepi. Seandainya aku diberikan sayap saat ini juga, jalan terbaik yang bisa hilangkan sesak dihatiku adalah terbang mengitari bumi dan bercengkrama dengan awan. Karena kutahu tak ada yang bisa menerima keadaanku yang apa adanya, tak punya apa-apa untuk bisa kubanggakan. Tapi disaat-saat seperti ini bibirku masih bisa berucap lirih, bersyukur kepada Tuhan yang masih mengalirkan darah dinadiku dan memberiku maaf atas segala dosa yang kuperbuat. Biarlah aku belajar hidup dari ketiadaan, agar tak ada keangkuhan dan kesombongan yang akan membuatku lupa bersyukur kepada Tuhan. Terimakasih Tuhan..Kau telah sadarkan aku akan hari-hariku yang penuh dengan godaan. Amen.

11th of August 2005_PT. Expresindo, Thursday
“Memandang KasihMu Tuhan”
Aku duduk disini hanya memandangMu Yesus. Betapa baiknya Engkau ya Bapa. Kedalam tanganMu aku bersyujud. Aku takkan takut menghadapi apapun jika Engkau selalu hadir dalam hatiku. Bapa.., aku disini hanya karena panggilanMu semata. Tiada resah, gelisah dan ketakutanku lagi. Tuhan Yesus, lindungi aku dari segala roh jahat yang ada di sekitarku ini. Terimakasih Tuhan Yesus. Amen.


2008 JULY 11th. 01.44 WIB

Aku tak perduli dengan keadaanku yang sedang tidak fit. Aku keluarkan pulpen dan buku tulis dari tas ranselku. Sepertinya aku enggan tidur lagi setelah seharian aku terbaring lemah di kasurku. Aku mulai berkelana dengan semua imajinasiku. Berkhayal, merenung dan sesekali teringat kejadian-kejadian yang telah aku jalani beberapa hari yang lalu. Untuk beberapa detik aku terdiam. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan pena dan kertasku. “Ah!. Iya..aku ingin bercerita pada sang pagi”. Tadi siang aku naik sebuah bis jurusan Blok-M dari Bekasi. Dikeramaian orang-orang dalam bus yang pengap (walaupun sudah Full-AC), aku tiba-tiba melihat seorang anak kecil menatap sayu ke arahku. Mataku pun tertuju kerahnya. Aku mencoba menyapa bocah perempuan kecil itu dengan senyuman tipisku. Ntah kenapa gadis kecil itu terus memperhatikan aku yang sedang berdiridi himpitan orang-orang yang berjubel di dalam bus yang sedang aku tumpangi. Aku merasa senang karena aku memang suka memperhatikan setiap perilaku orang-orang yang ada di sekelilingku, terutama anak-anak kecil. Aku senang dengan kepolosan mereka. Kehadiran mereka sering menyadarkan aku bahwasanya kepura-puraan itu sangat tidak mengenakkan dan juga menyebalkan. Aku pun sering belajar untuk hidup seperti anak kecil itu, tetapi bukan berarti setiap hal dan sifat mereka aku tiru. Namun aku hanya ingin memiliki kepolosan seperti mereka. Itulah yang aku perlukan sekarang ini. Yap!, kejujuran itu ada di dalam tatapan mereka. Keindahan itu ada di setiap gerak tubuh mereka. Senyuman polos mereka membuat aku bahagia. “Nah..!, aku jadi berfikir...mungkinkah anak-anak kecil yang sering kutemui itu suka menatap ke arahku karena mereka menganggap aku seperti teman mereka?. Ha..ha..ha..!. Boleh juga!”, kata hatiku. Kupandangi terus wajah gadis kecil manis itu dan tak henti-hentinya dia menggerakkan jari-jari tangannya yang mungil menunjuk ke arahku. Ternyata ibu gadis kecil itu pun sadar bahwsannya putri kecilnya sedang memperhatikanku, dan wanita itu pun tersenyum ke arahku. Mungkin saja anak kecil itu sedang meminta kepada ibunya agar diperbolehkan aku menggendong dan bermain-main dengannya. Tapi apa boleh buat, disamping kiri-kananku penuh dengan orang banyak yang juga berdiri. Sampai-sampai kondektur yang mau mengumpulkan ongkos dari penumpang harus dengan hati-hati melintas dari tengah-tengah kursi yang berjubel itu. Ingin sekali aku menyentuh lembut pipi gadis kecil yang berusia kira-kira empat tahuun itu. Tanpa sadar, aku mengangkat tangan kiriku dan melambai kearahnya disertai senyuman tulusku. Sampai aku akhirnya turun di sebuah halte, anak itu tetap saja memperhatikan setiap gerakanku. Aku pun akhirnya terus melangkahkan kakiku menuju tempat yang aku tuju, tetapi otakku masih terus mengingat dan membayangkan senyuman gadis kecil itu. Andai saja dia ada disini, aku akan menggendong dan bermain dengan dengannya. Aku akan memberikan semua perhatianku kepadanya. Mungkinkan dengan kejadian itu aku pun berharap cepet menikah dan mendapatkan anak-anak yang lucu dan polos seperti anak itu?. He..he..!. Memang khayalanku terlalu melambung tinggi saat ini. “***”.

July 2008.    01.20 WIB

Aku berhenti sejenak di perempatan jalan raya ini. Kuarahkan pandanganku mengamati jalan raya yang ada di hadapanku. “Upz...!”, hampir saja seorang ibu setengah baya tertabrak oleh si pengendara yang brengsek itu. Ibu itu hanya mengomel sebentar dan langsung pergi meninggalkan si pengendara yang brengsek itu. “Ya!, brengsek!”, itulah kata yang pantas aku ucapkan padanya. “Kenapa?”. Ya jelas dia yang bersalah. Mengendarai kendaraan juga ada aturannya. Ada rambu-rambu lalu lintas yang sudah tersedia. Sudah jelas-jelas lampu merah menyala, tapi masih saja si “brengsek” itu melajukan motornya  dengan kecepatan tinggi. Aku tak habis pikir mengapa masih banyak orang-orang yang tidak memakai akal sehatnya. “masih adakah urat-urat saraf normal di otaknya?. Apa gunanya mengendarai kendaraan dengan ugal-ugalan bahkan kerjaaanya hanya melanggar rambu-rambu lalu lintas?. Katanya orang Indonesia itu ramah.... Yapz!. Ramah dalam artian buruk. Mungkin saja dia hanya “ramah” dalam melanggar peraturan, ramah mengadu domba, ramah mencaci-maki, dan sebagainya. Apakah itu predikat yang harus kita dapatkan?. Mungkin hanya sebagian kecil orang yang melakukan  kesalahan-kesalahan seperti yang saya sebutkan di atas. Tetapi hal itu bisa membuat pandangan negara lain terhadap bangsa kita buruk. Kenapa?. Ya?. Karena kebanyakan hal-hal yang melanggar peraturan tersebut terjadi di kota-kota besar, khususnya daerah ibukota kita. Pelanggaran lalu lintas sudah banyak memakan korban. Dimanakah naluri kita sebagai manusia yang berakal?. Masihkah ada rasa harga menghargai diantara kita manusia?. Apakah manusia per individu harus lebih mementingkan kepentingan pribadinya dibandingkan dengan keselamatan orang banyak?. Coba anda perhatikan di sekeliling kita setiap harinya, masih banyak para pengendara hanya mementingkan pribadinya dengan menyerobotjalan dan bahkan tidak lagi patuh pada aturan-aturan yang kita buat bersama demi kepentingan bersama juga. Apakah kita sudah tidak sayang lagi akan nyawa kita?. Karena pelangaran-pelanggaran lalu lintas mampu memakan korban berjuta-juta hanya dalam sekejab saja?. Nah!, apakah kita harus bangga dengan keadaan seperti itu?. Dimana lagi rasa disiplin, hormat, jujur, ramah dan lain-lainnya yang sudah kita pelajari bahkan sejak sekolah taman kana-kanak?. Hanya satu pertanyaan untuk kita. Banggakah kita menjadi pelaku pelanggaran?. Jika jawabnya “tidak”, berarti masihkah ada harapan untuk Indonesia bangkit dari keterpurukan nilai moral. Jika “ya”, dipastikan sudah tidak ada lagi rasa bangga untuk kita sebagai mahluk yang berakal. Maukah kita dibilang hewan peliharaan?.

July 2008, 12th. 10.05 WIB

Saat ini hatiku terasa kosong. Aku pun terus mencoba menghilangkan jenuh yang ada di hatiku. Aku bagaikan seonggok kepura-puraan. Seluruh pikiranku penuh dengan imajinasi dan khayalan. Aku pun tahu perasaan iini membuat aku tidak berdaya, hanya bisa berpura-pura tegar. Aku ingin berteriak bahwasanya aku bosan dengan hari-hariku. Aku ingin marah kepada diriku sendiri yang tidak punya semangat hidup. Aku perhatikan dengan seksama sekeliling kamarku. Aku berdiri dan segera membuka jendela dan pintu yang tadi terbuka hanya seperempatnya saja, tapi kini kudorong hingga terbuka lebar-lebar. Aku menarik nafas panjang dan perlahan-lahan menghembuskannya dari rongga dadaku yang masih sesak. Sekarang aku merasa sedikit lega. Aku pun duduk kembali dan persis di hadapanku aku melihat meja belajarku terdiam dan membisu. Aku tuliskan kembali semua kata-kata yang ada di otakku. Kali ini bahasanya agak kacau dan jalan cerita yang aku tuliskan pun ternyata kacau, tidak beraturan. Setelah bosan jemari tanganku bergerak kian-kemari, langsung saja aku putar tuning radio yang ada di kamarku. Kucari gelombang frekuensi yang sedang memutarkan lagu-lagu sendu, sayu seperti pandangan mataku saat ini. Hal itu bukan karena aku mengantuk, tetapi karena memang tidak ada titik cerah yang bisa kutangkap di setiap sudut pandangku. Ah!, sudahlah!. Sementara ini aku ingin menenangkan jalan pikiranku. Aku takut terlalu lama pikiranku berkhayal hingga badanku pun lemah, lunglai, lelah, letih dan lesu. Ha..ha..ha.., sepertinya otakku sudah hapal sekali dengan kata-kata dari sebuah iklan di TV.

Siang ini aku sedang duduk di depan TV yang sedari tadi aku nyalakan. Untungnya ada sebuah acara TV yang aku suka yaitu “Musik”. Mataku tak henti-hentinya menatap seksama video-video klip yang ada di depan mataku saat ini. Setelah lama kunikmati, aku baru sadar bahwasanya semua lirik-lirik lagu tersebut bukan hanya daya imajinasi penciptanya saja, tetapi sebagian besar adalah cerita dan gambaran kehidupan kita manusia sehari-harinya, sama seperti yang sekarang ini aku tuliskan dilembaran putih ini. Aku pun ikut menikmati alur-alur syair dan nada di setiap lagu yang aku dengarkan. Hal ini sama dengan melihat kembali hari-hari yang pernah aku jalani. Disana ada kebahagiaan dan juga kesedihan, dua hal yang selalu ada di setiap hela nafasku, dan aku pun yakin setiap manusia yang terlahir “normal rasa” akan mengalami hal tersebut. “Nah..Mulai sekarang nikmati saja kedua hal tersebut”, angin seakan berbisik lembut ke kupingku. Tapi aku yakin, memang sangat susah menerima kenyataan pahit karena manusia selalu ingin bahagia. Sama seperti kegelisahan ini yang datang tiba-tiba disaat yang aku dapati adalah kesepian yang ada dalam hatiku.

(Perjalananku ke P. Gadung. July 2008.12th. At night)

Sore tadi aku berangkat ke kawasan Pulo Gadung dengan tujuan mengunjungi temanku, karena sudah lama tidak ketemu dengan dia semenjak aku mengundurkan diri dari pekerjaanku di sebuah mall di kawasan Jakarta Utara. Aku berangkat kesana dengan menaiki sebuah bus. Tadinya aku tidak merasa bersemangat untuk pergi kesana karena kondisi badanku yang sedang tidak fit. Tapi karena sudah berjanji dengan dia, akhirnya aku paksakan juga. Aku berdiri di tengah-tengah penumpang yang sangat ramai saat ini. Suasana sesak, panas, bau yang aku rasakan di dalam bus yang sedang aku tumpangi. Memang aku sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini, tapi karena kondisiku yang lemah, aku merasa ingin muntah, dan kepalaku serasa pusing lebih dari seratus keliling.

July 14th, 2008. 18.20.2008

Banyak berita yang menginformasikan bahwasanya uang itu adalah segalanya. Tidak munafik memang jika uang adalah simbol kekuasaan sekarang ini. Tapi..Masihkah ada nilai-nilai moral di balik keuasaan uang tersebut?. Jika uang adalah segalanya, apakah harga diri manusia yang memang tidak memiliki “miskin” itu tidak mempunyai nilai?. Apakah orang kaya “kaum punya” bisa hidup tanpa kehadiran orang yang “tidak punya”?. Mampukah keadaan orang-orang yang terlantar mengetuk hati si orang “terpandang”?. Atau makin congkakkah orang tersebut melihat ketidak berdayaan orang miskin?. Tidakkah kita sama-sama punya nafas dan juga hati?. Aku baru menyadari bahwasanya seringkali orang  miskin teraniaya disengaja maupun tidak disengaja oleh orang “kaya” setiap harinya. Mereka dipandang sebelah mata, bahkan menoleh sedikitpun ke arah mereka si kaya pun tak sudi. Inikah yang disebut sebagai “manusia”?. Apakah manusia seperti si kaya yang “tak bermoral” tidak lagi mempunya hati?. Aku merasakan pengelompokan-pengelompokan yang sangat menyakiti perasaan si miskin. Bahkan mereka tidak segan-segan jika harus membayar dengan taruhan nyawa hanya untuk mendapatkan sesuap nasi. Inilah fenomena nyata yang terjadi disekitar kita. Pernahkah anda melihat hal tersebut?. Ataukah anda juga termasuk orang yang tidak punya hati?. Mari!, memberikan sedikit senyuman saja sudah mampu membuat mereka bahagia.

July 2008. 15th. 00.47 WIB

Aku masih mempertanyakan tentang rasa dalam diriku. Segala rasa yang pernah aku alami, yang paling membuatku pusing dan sering mengacaukan pikiran positifku adalah rasa BENCI. Aku pun selalu takut jika rasa ini sangat membuatku berdosa. Aku seringkali atau bahkan setiap hari bertanya-tanya kenapa harus ada benci ini jika Tuhantidak menghendaki aku berbuat dosa. Tapi aku juga tak bisa pungkiri jika rasa ini telah membuatku berfikir tujuh keliling dan selalu aku bertanya kenapa rasa benci ini mampu menggelapkan semua ruang hatiku. Aku adalah si pembenci rasa benci. Aku juga bingung, jika memang Tuhan tidak menghendaki rasa benci ini menjadi dosa di jalan-jalan hidupku, kenapa harus ada ruang benci ini di hatiku. Inilah teka-teki hidupku yang terus kupertanyakan dan aku takut jika tidak menemukan jawabannya sampai aku mati nanti.

July 2008. 15th. 12.15 WIB

Aku tak perduli dengan semua perkataan orang-orang terhadapku. Kesalahan-kesalahan yang kuperbuat tanpa sengaja telah menyakiti hati mereka. Namun karena penyesalan selalu datang terlambat, jadi aku hanya bisa berharap untuk memperbaiki kesalahanku di kemudian hari. Jika kesalahan-kesalahan itu tidak bisa mereka maafkan, aku juga tidak bisa memaksa karena hatiku bukanlah hati mereka. Inilah yang kusebut dengan perbedaan. Inilah warna-warni kehidupan. Aku juga yakin, dengan semua kesalahan ini, aku bisa lebih dewasa dalam menjalani hari-hariku. Inilah suara hatiku saat ini. Semoga mereka mengerti. –End—

July 2008. 16th. 13.30 WIB

Memang indah kedamaian itu. Aku merasakannya saat ini. Awalnya memang susah sekali mengalahkan ego ini setelah seseorang berbuat salah kepada kita. Tapi aku berusaha dan selalu berusaha untuk menghancurkan egoku yang dulu berjanji tidak akan menggubris salah seorang teman yang telah berkata tidak sopan terhadapku. Tetapi hari ini, aku mulai menyapanya. Sangat damai rasanya, menyenangkan dan indah. Itulah yang sekarang ini aku rasakan. Memang ego itu sangat menguasai hati kita. Ego itu bisa saja menghancurkan ketenangan bathin kita. Dan setelah lama aku berdiam diri, aku pun menyadari akan hal itu. Kemungkinan rasa ego itu selalu akan muncul kembali, tetapi setelah aku merasakan khasiatnya, akuakan terus berusaha mengalahakn rasa ego dalam diriku. Ternyata banyak hal yang harus dipelajari oleh manusia itu sendiri tentang dirinya. Ya!..sepertinya manusia itu penuh dengan teka-teki yang harus dipecahkan untuk mencari jawabannya. Pusatnya adalah hati. Jadi sebagai manusia yang dianugerahkan hati oleh Tuhan, kita seharusnya tetap menjaga “kesehatan” hati itu dari berbagai godaan yang bisa merusak banguna dan ruang hati itu sendiri. Sepertinya rasa ego itulah yang menghilangkan ketenangan. Sepertinya rasa marah itulah yang menggelapkan cahaya pikiran kita, dan lain sebagainya. Itulah yang harus aku pelajari. Kalau kita mau berusaha untuk mempelajarinya, meskipun mungkin dengan cara yang berbeda-beda, tetapi tujuannya ada satu, yakni KEDAMAIAN.

July 2008. 18.15 WIB

Aku tak bermaksud sedikitpun untuk meragukan kasih Tuhan. Tetapi kenapa seringkali ada perasaan sedih yang muncul tiba-tiba di hatiku yang membuat suara hatiku protes terhadap Tuhan. Tetapi aku tidak sadar bahwasanya aku telah meragukancinta kasihNya sang pencipta yang kita sebut dengan panggilan Allah. Jika kesedihan itu datang dan sangat menggerogoti hatiku, aku sering bertanya, “Dimanakah Engkau Tuhan?. Dimanakah keadilanMu?. Apakah aku tidak pantas mendapat bahagia?. Apa salahku Tuhan?. Kenapa aku yang harus menanggung derita ini?.” Pertanyaan-pertanyaan inilah yang seringkali telah membuatku meragukanNya, tetapi hal itu tidak aku sengaja sering muncul dalam pikiranku. Jujur.., aku bukan menyangkal adanya kehadiran Tuhan dalam hari-hariku. Tetapi sebagai manusia yang terlahir sebagai mahluk yang tidak sempurna. Aku seringkali ditegor oleh Tuhan. Tegoran itu tidak membuatku sadar akan semua kesalahanku, malah aku masih sering saja menyalahkanNya. Aku juga sering percaya bahwa kesedihan itu adalah sebagai ujian dalam hidupku, tetapi sesering itu juga aku tidak percaya akan kehadiran Tuhan yang selalu ada untukku. Apakah aku yang salah, atau hatiku yang berdosa?. Dimanakah letak perbedaan “aku” dengan “hatiku”? Bukankah “hatiku” ada di dalam “aku”?. Inilah pertanyaan-pertanyaan hatiku yang ditujukan kepadaku. “Siapakah yang bisa menjawab “aku” dan “hatiku”?.

Thursday, July 2008. 12.15 WIB

Aku terlalu jauh berfikir tentang masa depanku. Banyak hal yang aku takutkan. Dari mulai pertanyaan tentang menjadi apakah diriku nanti?; siapa yang akan menjadi istriku?; dimanakah aku nantinya tinggal?; apakah aku mampu menjadi seorang kepala rumah tangga yang baik?; apakah keluarga istriku bisa menerimaku sebagai menantu?; apakah aku akan bisa mengayomi anak dan sitriku?; dan pertanyaan-pertanyaan sebagainya. Jujur...aku juga takut jika pikiran itu muncul tiba-tiba di dalam diriku. Sampai sekarang pun aku masih betah dengan kesendirianku. Yang sekarang aku pikirkan ialah memahami orang lain dan ingin selalu belajar meredam emosi dan egoku sendiri. Bagaimana aku bisa memberikan cinta kepada kekasihku nantinya jika di kehidupanku sehari-hari saja aku tidak bisa mengasihi orang lain, khususnya diriku sendiri. Aku tidak selalu memikirkan bahwa hal-hal pacaran itu adalah mudah, romantis, mengagumkan, indah, penuh cengkrama, ceria dan semua yang indah-indah, tetapi aku juga mulai menyeimbangkan kedua rasa yang berbeda yang akan selalu muncul. Ada sedih, ada bahagia, ada suka dan ada juga duka. Ada hitam dan ada putih. Tidak seperti tahun-tahun yang sebelumnya dimana aku belum menyadari akan pentingnya rasa saling menghargai, saling memahami dan saling mengingatkan satu dengan yang lain. Itulah ciri-ciri hubungan yang akan berjalan seimbang. Aku tidak menyangkal jika suatu saat nanti aku pun akan merasakan adanya ketidak-harmonisan dalam hal-hal tertentu. Dalam hal ini, salah satunya harus mengingatkan kepada yang lainnya, bahkan harus bisa mengalah agar perbedaan yang ada tidak menjadi perusak/pemutus hubungan, tetapi perbedaan itu akan bisa menambah semangat hidup dalam keseharian kita. Hal inilah yang masih aku pelajari dalam kehidupanku. Tetapi sekarang ini aku pun mulai takut jika kegelisahan dan ketakutan dalam diriku tentang masa depanku menjadikanku lemah dan akhirnya akua akan menyerah. Tetapi aku harus tetap melangkah dan berharap jika aku terjatuh nanti, masih ada seseorang yang memapahku untuk berdiri lagi. Amen.

July 2008. Thursday 13.20 WIB

Aku yakin, tidak selama-lamanya tinggi pendidikan seseorang bisa memastikan orang tersebut memiliki akhlak yang tinggi juga. Banyak berita sekarang ini yang mengunggapkan para pemerintah kita mempunyai akhlak, budi pekerti, wawasan dan tatakrama yang jauh dari yang kita harapkan. Belakangan ini, media massa baik elektronik, koran, majalah, dan sebagainya yang mengungkapkan dimana para pemerintah kita terlihat secara langsung bertindak secara tidak wajar dan jauh dari yang masyarakat harapkan sebelum mereka dipilih oleh rakyat. Hal-hal seperti tidur pada saat sidang, bertengkar dalam rapat diikuti tindakan jotos-jotosan, pelecehan seksual terhadap bawahannya, perkataan yang tidak sopan dan lebih-lebih lagi menyengsarakan masyarakat yang dulu memilihnya sebagai wakil rakyat dengan melakukan korupsi. Bagi mereka yang melakukannya, pantaskah mereka menjadi wakil rakyat yang kerjanya hanya duduk-duduk di kursi pemerintahan?. Saya berpendapat 99,99% dari rakyat kecewa jika melihat wakil yang dulu mereka impikan akan memperbaiki tingkat kesejahteraan mereka malah memeras keringat mereka sendiri meskipun tidak terlihat secara kasat mata. Sekarang ini, banyak masyarakat kita yang tertindas, melarat, penuh dengan penderitaan yang tidak bisa diungkapkan hanya dengan kata-kata. Adakah mereka yang duduk dalama pemerintahan, yang kita sebut dengan wakil rakyat, masih mempunyai hati nurani? Tersentuhkah hati mereka dengan keadaan rakyat sekarang ini? Apakah makanan-makanan yang mereka makan masih terasa lezat waktu mereka melihat rakyatnya terkena busung lapar, sehingga mati kelaparan?. Pernahkah mereka merasa kasihan dengan anak-anak di bawah umur yang bekerja di bawah terik matahari, mengamen di jalanan, hanya untuk mendapatkan sesuap nasi, sedangkan para wakil rakyat hanya menatap sinis mereka dari dalam mobil sedan yang mereka naiki. Apakah para wakil rakyat itu sudah merasa puas jika hanya memberikan uang recehan kepada mereka? Aku bahkan marah kepada diriku sendiri saat aku tidak bisa mengubah keadaan, karena aku juga tak jauh dari keadaan mereka rakya kecil yang tertindas. Aku menuliskan ini bukan karena aku adalah seorang dari rakyat kecil, tetapi karena jauh di dalam lubuk hatiku, aku ingin merubah keadaan yang sangat mengejamkan ini. Aku ingin sekali menyadarkan mereka rakyat kecil agar membuka mata dan mari melihat bahwa berhati-hatilah dengan wakil rakyat pilihan mereka. Jangan terlalu percaya dengan omongan kosong mereka sebelum kita melihat bukti yang nyata dari janji-janji itu. Jangan mau diadu domba diantara kita rakyat jelata. Dengan harta mereka, mungkin mereka berfikir bisa mengeruk keuntungan dengan mengajak kita agar memilih mereka menjadi wakil kita di kursi pemerintahan. Jangan....Jangan....jangan mudah tertipu dengan senyuman busuk mereka, jika itu hanyalah sebuah simbol kejahatan nantinya. Aku berfikir.....dengan sebuah uluran tangan dan disertai sebuah senyuman tulus, kita bisa sedikit mengobati luka dan kesedihan bagi mereka yang terluka karena penindasan, dan yang terhina karena kemiskinan. Ah..sudahlah, aku masih terus berdoa agar masih ada sedikit keikhlasan bagi kita untuk membantu sesama kita. Bukan dengan barang-barang mewah, tetapi dengan sedikit sentuhan penuh senyum keikhlasan pun kita sudah bisa melunturkan ketakutan mereka dalam menjalani hidup. Jangan biarkan masyarakat ini miskin, terlantar, tertindas, dan akhirnya mereka takut mengenal si “kaya”. Semoga kemiskinan masyarakat ini bukanlah membuat senyuman para si “kaya” semakin lebar. ....End.....*




July 2008
Hari ini aku berkhayal serta berharap akan menjadi seorang konglomerat. “ha..ha..ha...,” hatiku tertawa seketika itu juga. “kenapa”, aku bertanya lagi pada hatiku apakah mungkin aku meraih prestasi seperti yang aku inginkan dan menjadi seorang hartawan?. Aku tersadar dengan keadaanku sekarang. Tidak banyak ilmu yang aku dapat untuk bisa mengubahku menjadi seperti yang aku inginkan. Tetapi disaat seperti ini aku mengandalkan pengharapan yang ada dalam hatiku. Keyakinanku akan adanya pertolongan dan kekuatan dari Tuhan membuatku berharap segala usahaku akan membuahkan hasil. Aku pun terus berharap bisa membahagiakan orang-orang disekitarku walaupun bukan dengan memberikan mereka barang dan harta, tetapi perhatian dengan segala ketulusan dan penuh kasih sayang dari hatiku. Keinginan dan pintaku bukanlah harta yang terkadang membuat manusia lupa untuk berbagi kasih, tetapi yang kuharap dan ingin selalu kudapatkan adalah kebersihan hati yang diberikan Tuhan kepadaku. Amen.

Sunday 13.35 WIB July 2008
Adakah orang lain yang seperti aku??. Aku berharap janganpernah ada orang yang mengalamihal seperti yang aku rasakan. Aku bingung dengan jalan pikiranku. Detik ini aku memutuskan 100% niatku untuk melakukan sesuatu, tetapi detik kemudian aku pun gelisah dan takut hal itu tidak bisa membuatku bahagia. Padahal..., bagaimana aku bisa tahu hal itu akan membuatku senang atau tidak, jika aku belum melakukan dan melihat hasilnya?. “Nah...!, belakangan ini akumenjadi ragu pada rasa kepercayaan-diriku. Pantaskah jika aku membanding-bandingkan dirku dengan orang lain?. Aku tahu hal itu dibilang pantas jika hal tersebut membuat aku percaya akan indahnya perbedaan. Tetapi kenapa hal “percaya” itu tidak bisa meyakinkan aku jika aku harus berbuat sesuai dengan pribadiku??. Aku merasa ada sesuatu yang salah dalam hari-hariku. Pikiran negatifku seringkali dan bahkan setiap hari telah mengacaukan pikiranku. Akuterus menerus mencari apa yang salah terhadap hatiku. Kenapa pikiran positifku mudah saja terkikis dengan adanya godaan-godaan yang ada disekitarku. Aku pun terus berharap menemukan kunci kelemahanku itu agar pintunya dapat ku rusak dan kuncinya akan kuhanguskan agar tidak ada lagi pintu jalan masuk bagi pikiran negatif yang selama ini keluar masuk seenaknya ke dalam ruang pikiranku positifku. Tuhan....., ajari aku mengenal pribadi-Mu, agar aku tahu apa yang harus kucontoh dari pribadi-Mu untuk menenangkan hatiku. ** Amen **.

July 2008, 02.45 WIB
Aku merasa kesal terhadap diriku sendiri. Kenapa ya...? masih ada orang seperti aku. Aku takut sekali malam ini. Tadi sebelum pulang, teman-temanku masih asyik saja ngobrol tentang “setan”, atau sering kusebut dengan nama “makhluk halus”, karena wujudnya memang tidak pernah kelihatan olehku. Sekarang aku kebingunga sendiri, kakiku mondar-mandir di kamar sendirian. Otakku sudah mulai pusing, jantungku gberdegup kencang dan tak karuan. Masih terbayang dipikiranku tentang semua yang mereka ceritakan tadi tentang setan-setan itu. Awalnya, aku sudah menyiapkan keberanianku untuk mendengarkan cerita-cerita yang aku anggap tahayul itu. Tapi...akh!, tetap saja aku kelimpungan sendiri setelah ditinggal oleh mereka. Di pikiranku sekarang ini sedang tergambar wajah-wajah setan itu, dimana mereka sedang menatap ke arahku dari setiap sudut pandang mata mereka yang merah dan bengis. Aku membayangkan kalau saat ini setan-setan itu sedangt menatap dengan pandangan marah dan seakan-akan mau mencabik-cabik tubuhku. Aku semakin takut saja dan membuat badanku mulai mengeluarkan keringat dingin. Sekarang sudah pukul 2 pagi. Orang-orang sedang asyik dengan mimpi-mimpi indah mereka. Sedangkan aku???.....aku hanya bisa pasrah dengan bayangan-bayangan aneh yang sedang tergambar di pikiranku. Akhirnya aku putuskan untuk tidak tidur saja. Aku menyeduh secangkir kopi sampai akhirnya aku akhiri tulisan ini, mataku belum bisa juga terpejam. Satu pertanyaan untukku sendiri, “            masih bisakah aku menjadi manusia pemberani yang tidak akan takut lagi pada bayangan dan halusinasi yang mungkin hanya tercipta di pikiranku sendiri?”. Dan sekarang aku belum bisa menjawabnya.

24th, July 2008. 01.15 WIB
(In My Room)

Jujur...aku tak mau berbohong pada suara hatiku. Aku begitu takut jika kebohonganku ini akan terus berlanjut. Kemaren aku dapat beasiswa dari kampus tempat aku kuliah sekarang. Beasiswa itu aku terima karena aku masuk ke dalam urutan nilai IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang lumayan bagus. Aku beserta tujuh orang mahasiswa lainnya dari fakultas tempatku bernaung menerima penghargaan itu karena pihak kampus melihat bahwa kami juga telah menunjukkan penghargaan kepada kampus dengan menunjukkan hasil yang bagus dan bisa membanggakan kampus nantinya. Tetapi bukan itu yang aku ingin ceritakan sekarang ini. Yang sebenarnya aku ingin katakan adalah tentang kebohonganku terhadap keluaargaku, terutama adikku yang kini sedang berjuang membiayai kuliahku. Jujur..., awalnyaaku memberitahukan keluargaku tentang beasiswa yang aku terima, tetapi nyatanya hasil akhir yang kudapat, aku tidak memberitahukan mereka, sedangkan uang tersebut sudah mulai habis. Dan sebulan kemudian, aku telah menghabiskannya untuk kepentingan pribadiku, seperti DVD, Remote TV, kipas angin, celana Jenas, Boxer, MP4 Player, dan mentraktir teman-teman bandku. Memang uang itu tidak aku pakai untuk judi, minum-minuman keras dan barang-barang narkotika yang bisa menghancurkan  masa depanku. Tetapi tetap saja betapa egoisnya aku, memberitahukan berita gembira itu saja aku tak bisa karena takut uang itu akan diminta untuk membayar cicilan uang kuliahku. Kah....aku mrah..aku kesa..terhadap diriku sendiri setelah aku tahu betapa kotornya jalan pikirnaku. Bejadnya aku, aku baru menyadari kesalahanku itu setelah uang itu habis. Betapa berdosanya diriku Tuhan..!. Ampuni aku!. Dari sini aku menyadari kalau aku terbilang orang yang tidak jujur pada diriku sendiri. Apa salahnya jika aku memberitahukan hal itu kepada kedua orangtuaku atau adikku yang sekrang bersusah payah menyekolahkanku?. Tetapi nyatanya, aku begitu terpuruk setelah menyadari perbuatanku sendiri. Apa yang aku perbuat jauh berbeda dengan apa yang hatiku perintahkan untuk aku lakukan. Tetapi...apa?...yah!, hasilnya tetap nihil. Aku menyerah pada rasa penyesalanku. Aku tak tahu harus berkata apa?, bebuat apa?, sedangkan untuk berfikir sehat pun aku tak bisa lagi. Penyesalanku terus menerus menggerogoti jalan pikiranku. Rasanya kepalaku pusing seratus keliling, detak jantungku berdetak timpang, cahaya mataku kini redup. Alur nafasku tersendat-sendat; dan apalagi semuanya itu telah menyalahkan aku. Namun aku selalu berharap, dan mengambil hikmah dari semua kejadian yang lalu. Aku bersyukur kepada Tuhan, dengan keadaan terpuruk seperti ini, aku bisa merubah perilaku konsumtifku. Aku terus menerus berharap Tuhan kan selalu memberiku nasihat dan teguran melalui firmanNya. Aku percaya, sekotor apapun jiwaku, Tuhan tidak akan tega menyiksaku dan tidak akan menyingkirkan kasihNya terhadapku. Harapan dan rasa percaya itulah yang selalu bisa menentramkan hatiku. Penyesalanku terus berharap agar aku bisa merubah kebohonganku-kebohonganku menjadi sebuah kejujuran, meskipun itu susah untuk dilakukan tetapi aku selalu percaya bahwa Tuhan kan selalu memberiku kekuatan untk dapat berubah menuju jalan kebernaran. Apakah manusia lainnya juga ada seperti aku??. Aku berharap jawabannya adalah “tidak!,tidak ada!.” Biarlah aku saja manusia yang paling laknat dan durhaka yang ada di dunia ini, agar Tuhan tidak melimpahkan amarahNya kepada orang-orang yang kusayangi. Semoga dengan kejujuran dalam hatiku yang kutuliskan di atas kertas ini, aku bisa mendapatkan “Maaf” dari orang-orang yang pernah aku sakiti karena kebohonganku di masa lampau. Tetapi aku juga berharap Tuhan membukakan pintu maaf bagi mereka untukku, agar aku bisa berdiri kembali dan berjalan menuju jalan kebenaran yang kau sediakan untuk aku jalani. Terimakasih Tuhan atas pengertian yang Kau berikan di hatiku. Amen.


July - 25th, 2008. 00.45 WIB

Aku tak lagi berharap banyak dari dia yang aku cintai. Gadis manis yang dulu pernah merajai pikiranku. Senyumannya tak’kan lagi bisa kulihat sejauh apapun aku memadang. Dia telah menikah dengan orang lain, dengan laki-laki yang mungkin lebih baik dari aku. Tetapi aku yakin dia masih mencintaiku. Hari-hari yang pernah aku jalani bersamanya mungkin hal tak mungkin dia lupakan. Aku merasa sangat menyesal telah meninggalkan dirinya jauh di propinsi tempatku dilahirkan. Enam tahun lamanya aku tak bertemu dengan gadis berwajah manis itu. Jujur saja, cintaku padanya juga tak pernah hilang dari hatiku. Sejak aku meninggalkannyatanpa alasan apapun, aku sangat menyesal. Tapi..tak ada yang bisa kuperbuat untuk bisa tetap tinggal selamanya bersama dia (“menikah”). Ketakutanku untuk menikah cepat waktu itu telah membuat aku terpisah dengan dia. Awalnya, aku hanya ingin merubah nasib dan pindah ke Jakarta. Aku berasal dari keluarga yang kurang mampu. Jadi aku ingin mencari pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya, yaitu hanya sebagai roomboy di sebuah hotel berbintang empat. Ntahlah!, aku tak bisa berbuat apa-apa. Mungkin saja, karena alasan di ataslah membuat aku susah untuk jatuh cinta lagi, selain kepada dirinya. Aku takut untuk menikah. Aku begitu takut jika nantinya tidak bisa membahagiakan istri dan anak-anakku apabila aku telah menikah nanti. Aku kalut dengan jalan pikiranku. Begitulah adanya ketakutan-ketakutanku yang selalu berkata lirih pada setiap malam yang aku lalui. Aku berharap agar tidak ada lagi ketakutan-ketakutan seperti ini di hari-hari selanjutnya. Aku sekarang sedang bertarung untuk melawan ketakutanku dengan terus menjalani hidup apa adanya. Inilah ceritaku pada kertas putihku malam ini. Semoga dunia tahu, bahwa aku tak lagi seorang pria penakut yang terus-menerus menyesali kesalahan dimasa lampaunya, meninggalkan cinta seorang gadis yang sangat mencintai diriku. Aku berharap secepatnya menemukan calon pendamping hidupku, yang bisa menyayangiku, menerima semua kekuranganku, sama seperti “dia” yang dulu pernah kuimpikan menjadi istriku. Aku terus menerus berdoa dan berharap agar Tuhan menunjukkan jalan yang harus aku lalui, karena aku yakin masih banyak jalan yang harus aku tempuh untuk bisa mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku berharap Tuhan memaafkan aku atas dosaku yang pernah menyia-nyiakan cinta”nya”, gadis yang dulu aku sayangi, yang kini telah menjadi milik laki-laki lain.

August 2008. 01st
Terasa sekali denyut nadiku perlahan semakin melemah. Bukan karena akuhaus atau lapar, tetapi karena kepalaku terasa pusing hingga akhirnya sekujur tubuhku terasa terbang melayang-layang dan berputa tak tentu arah. Ini adalah efek minuman keras yang aku tenggak bersama dengan teman-temanku. Sebenarbya, aku sudah lama ingin berhenti mimum minuman beralkohol seperti itu. Tetapi malam tadi, aku dan teman-teman kontrakan ada pesta kecil-kecilan karena mereka baru saja terima gaji setelah sebulan penuh bekerja. Sedangkan aku hanya bisa menikmati suguhan mereka dan samasekali aku tidak mengeluarkan uang sepeser pun, karena mereka sudah tahu kalau aku sedang kuliah dan tidak ada kerja sampingan. Mereka mengajakku untuk ikut kumpul dan menikmati suara alunan gitar yang dimainkan salah seorang temanku. Agar tidak mengecewakan ajakan mereka, aku pun akhirnya ikut nongkrong. Sebelum menenggak minuman itu, aku sudah berpesan dalam diriku agar bisa mengontrol banyaknya minuman yang masuk ke dalam perutku. Tapi setealh kudapati aku dan tubuhku terbujur lunglai dengan mata setengah terpejam, hasil yang kudapatkan NIHIL. Aku tidak bisa menepati janjiku terhadap diriku sendiri. Sekarang....., aku hanya bisa melihat dan merasakan badanku yang sempoyongan melangkah ke kamarku. Aku sudah sering mabuk...tetapi baru kali ini aku merasakan sakit yang luar biasa. Aku mabuk, muntah, kepala pusing, mata merah setenga terpejam, dan semuanya itu membuatku tidak berdaya. Aku hanya bisa pasrah saja, terbaring lemah di pembaringanku.

August, 01- 2008
Aku tidak tahu kenapa kegelisahan ini selalu datang menyentuh ruang hatiku. Aku pun mau bertanya,”ada apa dengan hidupku?”. Tidak pernah sekalipun damai itu datang kepelukan pikiranku. Aku takut jika ketakutan yang aku alami akan membunuhku perlahan-lahan. Aku takut takkan ada lagi daya pikir positif di aliran nafasku. Hari ini aku bingung dengan jalan pikiranku. Aku berfikir tentang banyak hal yang bisa aku lakukan untuk membuat aku senang, tetapi aku tidak melakukannya. Begitu banyak pertimbangan-pertimbangan yang aku pikirkan sehingga tiada lagi satu hal pun yang akhirnya bisa kulakukan. Jujur saja, hal ini yang semakin memperkuat pendapatku yang mengatakan bahwa aku belum dewasa dan belkum bisa menerima kenyataan yang pahit di dalam hidup ini. Tapi..sampai kapanaku bisa bertumbuh dan dewasa dalam pemikiranku jika aku terus menerus bertahan dengan kekacauan pikiranku?. Apakah akal budiku tak lagi berfungsi sehingga syaraf-syaraf positifku telah melemah dan mati?. Inilah yang selalu aku pertanyakan pada diriku sendiri. Tidak adakah jawaban atas semua ketakutan dan kegelisahan ini?. Akhirnya aku pun pasrah. Ntahlah,,,,apakah dengan kata “pasrah” aku bisa bertahan??...

August—03Rd— 2008. 04.15 WIB
Setiap gerakan kakiku yang terus melangkah membuat aku kagum pada karya Tuhan. Semestinya setiap detik aku mengucap syukur atas semua kehidupan yang aku jalani. Aku pun terhanyut dalam semua kebisuan pagi ini. Suara adzan terdengar di telingaku, tetapi tidak membuatku beranjak dan meninggalkan coretan-coretanku ini. Aku menarik nafas panjang disertai kepulan asap rokok dari kedua belah bibirku. Berharap semua ketakutanku akan masa depan hilang terbawa dinginnya angin segar yang menyentuh kulit tanganku. Sementara aku menuliskan kata-kata ini, aku berdoa agar semua khawatirku lenyap, walau untuk hari ini saja, karena aku tahu ketakutan-ketakutan itu akan muncul kembali esok pagi. Inilah suara hatiku yang tulus dan jujur dari dalam sanubariku. Setelah selesai menuliskan semua isi hatiku ini, aku takut aku tak bisa tidur damai dalam ketenangan, karena ketakutan-ketakutan itu masih bercokol dalam hatiku ini. Tetapi aku harus bisa memejamkan mata walau sejenak, karena aku butuh tenaga untuk kembali beraktifitas esok pagi. Itu pun kalau aku masih bisa melihat pagi. Amen....

August—08.05Th — 2008. 02.45 WIB

Seperti seorang philosophy, akal dan pikirku berkata bahwasanya manusia memang tercipta untuk dilahirkan dari seorang ibu, bertumbuh menjadi anak-anak, kemudian menjadi remaja dan dewasa, hingga menjadi tua. Setelah tua, kemudian mati dan dikuburkan. Waktu masih bayi, aku belum bisa berbuat apa-apa selain menangis dan menangis. Semasih aku anak-anak, aku pun berfikiran polos dan bertindak seperti layaknya anak-anak. Kemudian aku mengalami pertumbuhan yang disebut dengan remaja. Masa remaja adalah masa yang disebut dengan “akil balik’. Ntahlah!, aku juga tidak bisa mengartikan kata “akil balik” tersebut, tetapi yang aku bisa jelaskan adalah masa dimana aku mencari jati diri yang mempertanyakan siapa aku yang sebenarnya. Aku harus melangkah ke depan dimana aku terus mencoba merubah sikap kanak-kanakku menjadi seseorang yang lebih dewasa. Hal ini berjalan seiring dengan perputaran waktu dan aku tak bisa menghentikan proses perubahan tersebut. Setelah aku memasuki usia 20 tahun, aku pun semakin dewasa dalam memahami apa yang seharusnya aku lakukan demi kebaikan diriku di masa depan. Aku pun semakin aktif berfikir dan terus berfikir. Setelah aku beranjak dewasa, aku pun semakin mengenal arti kepribadian. Aku terhipnotis dengan keadaan diriku. Aku semakin terpacu untuk perbaikan di masa depanku. Nah!, setelah aku lelah dalam pencarian jati diri, aku pun akhirnya menjadi tua. Menjadi tua dalam artian aku harus memiliki keluarga. Aku tidak bisa menghentikan waktu dimana aku harus menjadi seorang panutan, pemberi nasihat, pemberi contoh bagi keluargaku. Inilah tanggung-jawab yang harus aku tempuh. Di masa tua inilah aku seharusnya sudah mendapatkan kesenangan, ketenangan dan kedamaian. Kesenangan di hari tuaku adalah puncak dari segala hal yang telah aku lakukan di masa mudaku. Sebelum aku mati, aku berharap bisa mendapatkan kesenangan itu. Tetapi....apakah yang harus aku lakukan jika aku tidak mendapatkannya?. Apakah yang harus aku sesali?. Semoga ketakutan ini tidak selalu menghantui hari-hariku. Aku hanya berharap bisa tetap bertahan hidup dalam doa-doaku kepada Tuhan sang pencipta juga sang penguasa alam semesta. Amen.

August—2008.
Ada suatu saat dimana aku tidak mengenal siapa aku sebenarnya. Aku bingung dengan jalan pikiranku yang terkadang tidak masuk akal. Aku butuh udara segar dan aku pun membawa lembaran kertas ini keluar kamarku. Aku terhanyut dengan daya khayalku yang melayang tinggi. Aku duduk di depan teras kamarku, hanya seorang diri ditemani nyamuk-nyamuk yang sedari tadi menggangguku. Aku hirup udara pagi yang telah menunjukkan pukul 3 pagi. Aku tidak kaget lagi melihat keadaanku yang masih belum tertidur seperti orang lain yang sudah bermimpi indah ntahlah itu sudah beberapa babak berjalan. Awalnya aku sudah ngantuk, mataku sudah lelah dan terasa berat, tetapi gigitan nyamuk-nyamuk yang terus menggangguku telah mencari suasana nyamanku. Aku pun berkhayal..”Kapan aku menjadi orang kaya?. Ha..ha...ha...”, hatiku tertawa renyah sambil menertawai jalan pikiranku yang terus berandai-andai. “Gila!, aku mulai tak sadar kalau pikiranku sudah diisi dengan khayal tingkat tinggi. “Kapan jadi kaya?”, aku bingung, kenapa aku menjadi melankolis seperti ini. Aku sama saja dengan orang-orang yang kubenci yakni orang-orang yang terlalu mencintai khayalan-khayalan. Aku ingin yang “nyata”, bukan “Impian” semata. Apakah yang harus aku lakukan?. Aku pun bertanya pada hatiku sendiri. “aduh..aduh...!. Gila ya!?!”, aku benar-benar gila sekarang. Apa yang aku akan dapatkan jika terus menerus bertanya pada diriku sendiri?. Sedangkan aku ingin meminta jawaban dengan kegelisahan ini. Apakah hidupku ada hanya untuk terus bertanya...bertanya,,,,dan bertanya??####.

August— 2008. 00.56 WIB
Tadi siang, aku menerima telepon dari seorang teman lama. Dia seorang  perempuan cantik, pintar dan religius. Mendengar suaranya kali ini membuat aku bertanya-tanya. “Ada apa gerangan?”. Walaupun dia jarang ngobrol denganku, tetapi aku tahu ada keanehan di suara itu. ”Yupz!”, ternyata benar. Dia sedang dalam masalah besar mengenai masa depannya. Tanpa aku minta, aku pun tersadar kalau dia sudah sedang berbicara dan bercerita panjang lebar kepadaku. Bisa dibilang dia sedang curhat (mencurahkan isi hatinya) kepadaku. “Tetapi....., ini masalah serius!”, pikirku dalam hati. “Kenapa dia harus menceritakan segala sesuatunya kepadaku?. Sedangkan dia sudah tahu kalau aku pun masih belum cukup dewasa untuk mendengarkan cerita seperti itu. Usiaku jauh lebih muda dari dia. Dia seorang pekerja, sedangkan aku masih berstatus pelajar. Bahkan ini adalah cerita tentang perasaan seorang wanita yang merasa dikhianati oleh pacarnya. “God!, bantu aku mendengarkan curahan hatinya”, aku berkata seraya terus bertanya-tanya dalam hati. Jujur....saat dia bercerita tentang perbuatan jahanam yang dilakukan pacarnya terhadap dia, aku pun ikut merasakan kesedihan yang mendalam. Meskipun aku adalah seorang pria, tetapi mendengar cerita tentang sebuah perasaan yang terkhianati seperti itu, aku pun tak kuasa menahan rasa sedihku karena aku pun pernah merasakan hal yang sama. Kejadian itu adalah enam tahun silam. Aku merasakan sakit hati yang sangat dalam terhadap pacarku. “Sangat dalam??”. “ya!..sangat...”. Sakitnya masih dapat kurasakan sampai saat ini. Perih menusuk jiwa. Meskipun jalan ceritanya berbeda, tetapi aku yakin sakit yang dulu kurasakan kemungkinan besar sama seperti luka dan sakit yang kini perempuan itu rasakan. Sementara itu, dia masih sedang bercerita tentang mantan kekasihnya yang kepergok olehnya sedang melakukan hubungan asusila dengan seorang wanita yang telah bersuami pula. “Wah..Wah,,Wah,....!”, hanya tiga kata “wah” yang keluar dari bibirku. Aku bukan memuji atau mengagumi laki-laki itu, tetapi aku hanya kaget dan tak habis pikir kenapa laki-laki bajingan itu tega menyia-nyiakan cinta seorang perempuan cantik yang sedang ada di depan mataku saat ini. Aku masih sempat berdoa dalam hati semoga gadis cantik yang kupanggil dengan sebutan “kakak” ini bisa kuat menerima kenyataan yang telah terjadi. “Tetapi pengalaman pahit yang aku pernah alami tak mungkin aku ceritakan di saat dia sedih seperti ini.”, aku berkata dalam hati. Akhirnya aku mengurungkan niatku untuk  bercerita padanya. “Yapzz!, mungkin aku hanya bisa bersyukur karena beruntung dapat dipercayai menjadi teman curahan hati, oleh seorang gadis cantik yang pantas kusebut kakak. Tapi...tapi.....apakah aku pantas??. Apakah aku pantas menjadi seorang pendengar yang baik bagi dia?. Apakah aku pantas untuk mendoakan dirinya sedangkan aku hanya seorang adik kecil buatnya?. Tetapi..apakah aku salah??, karena dia yang  memintaku untuk tidak pernah lupa membawa dia dalam doa-doaku. Sungguh!..aku begitu takut kali ini. Aku takut tidak bisa menjadi seperti yang dia inginkan, yakni menjadi seorang teman setianya. Karena dia pernah bilang bahwa aku adalah seorang anak Tuhan yang aktif dalam pelayanan. Aku takut jika dia tahu kalau aku jauh dari yang dia kira. Aku bukanlah seperti yang dia pikirkan. “Yah..!, aku masih seorang manusia yang hidupnya hitam, gelap dan tak punya kepribadian yang utuh. Aku adalah seorang laki-laki jahanam yang masih penuh dengan perbuatan dosa. Tidak tahukah dirinya bahwasanya aku juga tak jauh berbeda dengan mantan kekasihnya??. Ya..!, aku bejad. Aku tidak seperti yang dia kemukakan tadi. Aku hanya bisa berdoa dan terus berdoa, semoga aku bisa menjadi seseorang yang dia anggap baik. Baik dalam artian...religius dalam segala sikap dan tindakan. Yah!, dari hal ini aku pun semakin terpacu untuk menjadi orang yang lebih bermanfaat bagi orang lain sesuai dengan talenta yang Dia (Tuhan) anugerahkan kepadaku. Amen.

August— 2008. 09th
Aku baru saja selesai ngobrol dengan salah seorang teman baruku. Aku merasa ada saatu kedekatan dengannya. Pengalaman-pengalaman hidupnya yang baru saja dia ceritakan kepadaku kurang lebih sama dengan pengalaman yang pernah aku rasakan dulu. Begitu beratnya perjuangan hidup yang harus aku jalani dalam hari-hariku. Semua ketakutanku akan masa depan adalah satu hal yang dia takutkan juga. Tetapi aku merasa dia lebih tangguh dan kuat dalam menjalani hari-harinya. Dia begitu kuat, tegar dan optimis meskipun terkadang dia meragukannya. Sedangkan aku...., aku begitu takut sehingga aku tidak memiliki sebuah keoptimisan dalam meraih ketenangan di masa depanku. Tetapi aku lebih religius dan masih percaya Tuhan, sedangkan dia adalah seseorang yang menghalakan segala cara untuk mengatasi ketakutannya. Hari ini..yang aku ambil pelajaran darinya adalah tentang “Percaya diri” yang harus manusia pertahankan untuk bisa tetap bertahan dan menghalau ketakutan-ketakutan yang akan datang di dalam hidup kita. “terima kasih Tuhan...Kau telah menyediakan waktu buatku untuk mengenal siapa dirinya dan bisa belajar tentang sesuatu yang berguna bagi hidupku. ///Amen///.

August— 2008
Awal perubahan dalam diriku adalah mengerti apa itu “kemunafikan”. Telah sekian lama aku membohongi keberadaanku yang sebenarnya. Aku takut menjadi orang yang tidak diinginkan orang lain. Aku berusaha menjadi seperti diriorang lain yang nyatanya hal itu membuat ketakutan dalam hidupku. Pagi ini, aku terbangun dan berharap agar mulai detik ini aku bisa merubah sedikit demi sedikit kesalahan-kesalahanku yang dulu. Terlalu lama nian aku bersembunyi dari diriku yang sebenarnya dan bersembunyi di balik sifat yang aku tiru dari orang lain. Jujur...aku lelah, aku capek, bosan dan...akh!, semuanya begitu menakutkan bagiku. Aku hanya berharap dan terus berharap untuk bisa mengenal siapa aku yang sebenarnya. ***

15th – August -- 2008. Friday Afternoon
Aku baru saja membuka kelopak mataku. Belakangan ini aku kelimpungan dalam mengerjakan tugas-tugas di hati-hariku. Tidak tahu kenapa, aku layaknya seekor burung hantu yang terbang kian kemari pada malam hari dan baru bisa tidur jika pagi telah tiba. Aku tahu aku tidak suka dengan hal ini. Tapi aku sudah mencoba memaksakan mataku untuk bisa terpejam dengan damai saat malam menghampiriku. Tapi....., “Yakh.!”, aku tetap tak bisa. Khayalku malam terus menguntit jalan pikiranku sehingga aku akhirnya terlarut dibawa bebas terbang mengitari dunia yang tak nyata bagiku. Aku berharap sifat jelekku ini “begadang” yang belakangan ini merasuki ketenganku cepat berlalu. Disini, di ruangan yang sepi dan panas ini, keringatku bercucuran mengaliri sekujur tubuhku. Aku berharap dengan gerakan badan “olah raga kecil” bisa membuat aliran darahku mengalir lancar dan pikiranku bisa lebih segar. Inilah catatan tentang perjalanan pikiranku hari ini. ***

August -- 2008
Aku pernah berjanji untuk menjalani hari-hariku lebih baik dari masa laluku yang suram. Aku ingin melakukan yang terbaik di setiap detik di hariku, namun yang kudapati adalah lebih buruk. Aku semakin terperosok dalam lembah malam yang sangat membuatku takut akan hadirnya esok. Aku begitu membiarkan nyanyian malam merebut akal sehatku. Aku telah terperangkap dalam dunia khayalan malam yang semakin membuatku takut jika masa depanku akan suram. Aku pun mencoba merenungkan sejenak akan apa yang telah aku perbuat belakangan ini. Ternyata akulah yang begitu berhasrat untuk menyenangkan orang lain yang tinggal di sekitarku tanpa memperhatikan kesehatanku. Aku yang ingin mendapatkan kebahagiaan dengan cara menyenangkan hati mereka, tetapi aku juga yang akhirnya jatuh terpuruk. Sungguh!, aku belum bisa berfikir logis. Jika aku bertanya, “Apakah dengan cara memberikan kesenangan untuk mereka...aku juga bisa ikut bahagia?”, dan jawaban yang kudapat sekarang adalah “tidak!”. Apakah jalan yang aku lalui salah?. Apakah aku terlalu berharap agar mereka bisa menerima aku dengan kelebihanku?. Aku kadang-kadang bingung dengan cara dan jalan yang aku tempuh. Aku tak sadar kalau aku telah membuat perangkap yang akhirnya menjerat diriku sendiri. Aku yang terlalu terhipnotis dengan pengharapan bahagia, akhirnya aku yang jatuh dalam ketakutan. Ketakutan-ketakutan itu sering muncul saat ini, disaat aku “flash back” melihat kembali kebelakang, waktu yang telah silam. Apakah aku yang tak punya prinsip hingga aku goyah dengan jalan pikiranku sendiri?. Oh!, malam-malamku yang penuh khayalan dan juga impian...apakah aku bisa mendapatkan kebahagiaan di keheningan ini?. Jujur saja, aku begitu takut jika terus menerus hidup dalam kesepian dan kesendirian. ##.

August -18th- 2008 Monday
Pagi ini indah sekali. Aku kenakan “pakaian ketenangan” dan “perisauku” adalah kekuatan hati, tombakku adalah semangat, topiku adalah kedamaian, busurku adalah senyuman. Semua perlengkapan yang aku kenakan adalah mengenai kebahagiaan yang saat ini menyentuh pagiku. Aku sangat senang sekali dan menghargai Anugerah Tuhan yang diberikanNya kepadaku hari ini. Dari saat aku terbangun, aku merasakan badanku ringan dan serta merta aku duduk bersimpuh mengucap syukur kepada sang Penguasa Alam, yakitu Tuhanku yang Esa. Setelah berdoa, aku langsung membuka jendela dan pintu kamarku dan segera kurasakan udara segar di sekelilingku. “Hhhhahhhh...”, aku menarik dan membuang nafasku perlahan-lahan sambil merasakan hangatnya sinar matahari yang saat ini sepertinya mengerayangi seluruh nadiku dan memberikan balutan kehangatan disana. Sungguh luar biasa hari ini. Aku sepertinya baru saja terlahir ke dunia yang nyata. Sepertinya baru semenit yang lalu aku tinggalkan dunia malam yang penuh dengan kegelisahan. Hari ini, aku yakinkan diriku untuk melangkah penuh dengan pikiran positifku, dan berharap aku bisa menjalankan dengan baik tugas-tugasku. Marilah hai bibirku....tersenyumlah lebar, semasih kehangatan itu ada dan menyentuh sanubarimu. Ayolah tubuhku!...bergeraklah dengan semangat, semasih aliran darahmu mengalir dengan penuh kehangatan. Mari inderaku...., rasakanlah segala rasa yang memang pantas untuk kau rasakan. Biarlah aku dan juga hatiku bersuka-ria dan takkan lagi ada yang merebut bahagia ini dari hatiku. @men.

August -- 2008
Menyadari kekuranganku adalah hal yang sangat sulit untuk aku lakukan. Aku selalu berbicara tentang aku dan semua masalahku. Kupingku tidak pernah sekalipun mendengar dan menyimak apa yang orang lain katakan. Rasa ego itu selalu bertahtah bagai raja di dalam hatiku. Aku pun ingin selalu menutupi segala kekuranganku di mata orang lain. Aku selalu mengingkari siapa aku dengan semua kelemahanku. Aku selalu berharap mendapat pujian-pujian dari orang lain atas semua yang telah kulakukan dan atas semua yang ada padaku. Setelah aku membuka semuanya itu, ternyata hatiku penuh dengan karat, karena terlalu lama dipenuhi dengan rongsokan kebohongan-kebohongan yang telah lama tersimpan di dalam hati ini. Ternyata kebohongan-kebohongan itu telah mampu menyakiti diriku sendiri. Tetapi sekarang aku telah menyadarinya dan aku pun berusaha untuk membersihkan karat itu dengan cara mencuci dan menyikat hatiku dengan kain dan sabun keterbukaan. Walaupun awalnya aku merasakan sakit yang luar biasa saat mencuci karat itu. Sakit karena sangat tebalnya karat itu melapisi hatiku. Sakit itu pun belum sembuh total, karena setiap hari hatiku penuh dengan debu-debu yang selalu ingin masuk ked alam ruang hatiku. Aku tahu dan sadar kalau karat itu akan datang kembali. Kemana dan dimana aku harus bersembunyi agar karat itu tak datang kembali ke hatiku??. Ah!, ego..ego...!. Kenapa engkau “ego” hadir jika hanya untuk menyakiti hatiku??. ***



24th -- August – 2008 Bekasi
Banyak hal yang aku tuliskan di lembaran ini, yakni cerita tentang kejadian-kejadian yang aku alami, terutama dengan diriku sendiri. Seperti sekarang ini, aku pun rela jika harus ditertawakan oleh pagi yang baru saja hadir menggantikan malam. Keheranan terhadap diriku sendiri ialah bahwasanya aku selalu jatuh dan terpuruk pada kesalahan masa laluku. Aku marah pada diriku sendiri. Aku ingin memaki jalan pikiranku. Aku menganggap diriku adalah orang yang paling ‘goblok’ di dunia ini. Siapa sih yang mau jatuh untuk kedua kalinya di lobang yang sama?. Tapi aku menyadari bahwa secara sadar aku yang membuat diriku selalu melakukan kesalahan masa lalu. Apakah aku yang tidak mempergunakan akal sehatku lagi?. Jujur..., aku bukan orang  berada “banyak harta”. Biaya untuk hidupku selalu pas-pasan, apalagi aku sedang dalam perkuliahan di sini, di kota metropolitan tempatku merantau sejak beberapa tahun yang lalu. Aku kini tinggal sendiri dan jauh dari sanak-saudaraku dan keluargaku. Uang yang dikirimkan setiap bulannya kepadaku habis sebelum tanggal akhir setiap bulannya. Aku kini sadar – tetapi mungkin belum sepenuhnya mengerti – dan berjanji dalam hati agar aku lebih mengencangkan pinggang lagi. Tetapi apa yang kudapat??. Setelah beberapa hari aku berjanji, aku pun tak sadar telah mengulang kembali pemborosan itu. Inikah yang disebut “manusia bodoh”??, yang selalu kembali jatuh pada lubang yang sama??. ***

Sunday, 24th -- August – 2008 Bekasi
Aku tak lagi punya pandangan yang sehat terhadap hidupku hari ini. Disaat aku tak lagi menemukan senyum di bibirku. Aku bercermin dan melihat di raut wajahku tertulis catatan-catatan kesedihan. Aku bertanya, “ada apa dengan diriku?. Bukankah aku masih bisa bernafas?. Bukankah semua telah berkecukupan kebutuhanku hari ini?. Nah!, inilah yang sering membingungkan jalan pikiranku. Mungkin ada yang salah dengan saraf-saraf pikiranku. Tetapi semakin aku mencoba untuk mengerti, aku pun semakin bingung. Ataukah aku yang terlalu berharap akan datangnya kebahagiaan yang berlebihan sehingga saat aku tak mendapatkannya aku pun menjadi gelisah dan akhirnya takut untuk menjalani hari esok??. Jika memang ‘iya’, aku berharap bisa berubah. Dan kali ini, aku hanya bisa duduk termenung disini, di keramaian lalu-lalangnya orang. Namun aku hanya dapat merasakan kesepian yang melolong di hatiku saat ini. Ku akui, aku memang lemah dengan suara hatiku. Aku yang terlalu mudah sedih dan kecewa. Hatiku terbuat dari apa??. Mungkinkah hatiku yang terlalu lemah dalam merasakan sebuah rasa??. Aku pun ingin menguak segala sesuatunya tentang hatiku. Bagaimanakah hati itu terbentuk dan bagaimanakah saraf-sarafnya bisa merasakan segala rasa yang ada setiap detiknya. Jika aku bisa merakitkembali bentuk hatiku, tidak akan kubiarkan rasa-rasa itu melukai dinding hatiku. Kan kubuat perisai untuk melindungi hatiku dari rasa yang membuat hatiku terpuruk. “Ha..ha..ha..!”, tetapi aku pun akhirnya hanya bisa tertawa, karena aku sadar aku hanyalah manusia biasa. Aku telah tercipta untuk merasakan semua rasa itu. Tuhan adalah sang penciptaku dan alamku. Aku hanya bisa merasakan semua rasa itu dan apa pun itu, aku harus tetap bertahan. Inilah ‘aku’ dan juga ‘hatiku’, maka terimalah aku apa adanya. ***

August 24th – 2008 Nite -- Bekasi
Terlalu munafik jika aku mengatakan aku tidak ingin mendapatkan kebahagiaan. Tetapi bagaimana jika suatu saat aku memutuskan untuk tidak lagi terpaku pada hal-hal yang bersifat impian – menjauh dari rasa bahagia – karena terlalu banyak kesedihan dan juga kesepian yang menimpa hidupku, sehingga aku tak lagi berharap akan datangnya bahagia. Tapi aku tak kan bisa memastikan semua yang akan terjadi esok hari, karena aku bukanlah peramal dan bukan pula Tuhan yang bisa memastikan 100 persen apa yang terjadi esok. Aku pun tak memungkiri jika kepahitan dalam setiap detik perjalanan hidupku telah membekukan ruang bahagia di hatiku, sehingga aku telah memutuskan untuk membuka satu ruang saja dalah hatiku, yakni ruang yang hanya bisa dimasuki oleh rasa kepahitan. Kini aku tak lagi berharap akan adanya bahagia. Biarlah kepahitan dan penderitaan yang menghampiri hidupku menjadi sebuah kebahagiaan. Hingga akhirnya aku tak lagi bisa membedakan antara rasa sedih dan rasa bahagia, karena kedua rasa itu telah menyatu dan takkan terpisahkan lagi dari ruang hatiku. Inilah aku....!. Aku dengan kehidupan baruku yang tak mengenal apa itu sedih dan apa itu bahagia. Both of them are the same. ###

August 26th – 2008 03.42 WIB -- Bekasi
Sepertinya aku memang harus memilih yang terbaik untuk aku lakukan dalam hidupku. Aku yang terlalu merelakan orang lain memanfaatkan kebaikanku, hingga aku lupa untuk mengurus hal-hal yang sangat penting untuk kebaikanku. Saat ini aku sedang termenung dan memikirkan bagaimana aku dan hatiku harus mengubah perilaku burukku itu dengan perlahan-lahan agar orang-orang di sekitarku tidak terlalu kaget akan perubahan yang aku lakukan. Inilah yang membuat aku takut yaitu ketakutan jika aku nantinya akan ditinggalkan teman-temanku karena aku telah menjauh dari kegiatan yang biasanya kami lakukan bersama, tetapi hal tersebut aku sadari adalah hal yang selama ini memperburuk keadaanku. Salahkah jika aku harus meminta pertolongan Tuhan dalam hal kecil ini?. Apakah aku terlalu takut untuk berubah meskipun perubahan itu sangat berguna bagi diriku sendiri?. Inilah suara hatiku yang pagi ini sedang bertanya kepada Tuhan dan juga kepada alamku. ***

August 26th – 2008 -- Bekasi
Sudah lama aku tak menuliskan apa-apa di lembaran putih ini. Aku sadar kalau belakangan ini aku memang terlalu sibuk mengurus persiapan kuliahku di awal semester lima ini. Terlebih lagi aku juga terlalau disibukkan dengan teman-teman baruku. Aku bagaikan seseorang yang tak punya prinsip. Semestinya aku juga harus memperhatikan kebutuhan pribadiku. Dengan kesibukanku akhir-akhir ini, aku sering begadang sampai larut pagi. Mataku hanya bisa terlelap 2-3 jam saja. Sungguh-sungguh menyiksa kesehatan badanku. Namun di satu sisi aku masih bisa bersyukur kepada Tuhan, karena aku tidak jatuh sakit, hanya saja aku terlihat tidak ‘fresh’. Jujur...., aku tidak bisa menolak ajakan teman-teman kost ku untuk bermain ‘Play Station’ atau nonton televisi di kamarku. Disaat aku sudah ngantuk pun, aku masih memaksa mataku untuk untuk berkompromi dengan keadaan seperti itu. Tetapi saat mataku tak bisa berkompromi lagi – ngantuk berat – aku pun kesal dan ingin marah terhadap mereka yang tidak menghormatiku sebagai tuan rumah. Tapi apa??,,,,,aku masih saja diam dan tak bisa berkata apa-apa. Aku seakan tak bisa membuka mulutku untuk berbicara kepada mereka. Aku selalu menunggu ‘timing’ yang tepat agar mereka semua mengerti apa yang akan aku utarakan dengan penjelasanku. Begitulah pikiranku bercerita sekarang. Sepertinya semangatku untuk menulis bangkit kembali seperti suasana pagi ini. Aku yang baru saja terbangun dari tidurku. Suasana pagi yang begitu segar dan menghangatkanku. Aku tak lagi menunggu orang lain memberikan bahagia kepadaku, tetapi sekarang ini aku berfikir dan menyadari bahwasanya kebahagiaan itu datang dan pergi sesuai dengan jalan pikiran kita. Isn’t it??.

‘’*******’’
 Aku memilih motto hidup gua “Hidup itu adalah tentang meninggalkan dan ditinggalkan”. Ternyata gua gak salah menterjemahkan motto tersebut. Kalimat di atas menekankan bahwa semua manusia itu pasti mengalami yang namanya meninggalkan seseorang dalam perjalanan hidupnya dan juga kebalikannya, yakni ditinggalkan oleh seseorang. Semenjak aku mengenal dunia “Hijrah” berpindah-pindah tempat, aku seringkali mengalami rasa sedih disaat seseorang yang sangat dekat denganku harus aku tinggalkan. Aku pergi meninggalkan semua kenangan yang ada bersama mereka dan mereka pun harus rela membiarkanku pergi. Disisi lain, saat aku pun sedang merasakan hangatnya bergaul dan berteman dengan seseorang atau pun sekelompok orang, seseorang dari mereka harus meninggalkan aku karena mereka harus pindah tempat tinggal, pindah kerja, dan atau juga meninggalkan aku untuk selama-lamanya disebabkan oleh kematian. Apa aku salah??...jika bersikap melankolis seperti ini??. Aku sering bertanya pada hatiku sendiri jika perasaan sedih ini muncul hanya karena aku terlalu lemah dalam menerima kenyataan hidup yang ditingggal dan meninggalkan seseorang. Tapi....aku menemukan kalau kepergian seseorang mampu melemahkan syaraf-syaraf dan nadi dalam hari-hariku. Namun aku juga bisa memastikan kalau orang lain yang aku tinggalkan juga merasakan kesedihan tersebut. Nah...inilah sekelumit penjelasan tentang motto hidupku. Sebagai manusia biasa, aku tak mampu untuk menolak dan menghentikan masa-masa dimana aku tak mampu untuk menolak dan menghentikan masa-masa dimana aku harus meninggalkan dan juga ditinggalkan, karena hidup memang tercipta untuk itu. Yang sekarang ini aku siapkan hanyalah kebesaran dan kekuatan hati saat mengalami masa-masa tersebut.

‘’*****’’
Tak ada lagi kutemukan perbedaan antara kejahatan dan kebaikan sekarang ini di dalam hidupku. Seringkali aku juga terjatuh karena perasaanku sendiri. Aku muak dengan kehidupan di hari-hari yang aku jalani. Semua yang aku lakukan sepertinya selalu salah di hadapan orang lain, namun aku berfikir bahwasanya semua yang aku perbuat adalah kebaikan. Itulah suara pikiran positifku. “kebaikan??. Ha...ha...ha...”, aku menertawai diriku sendiri. Dimanakah batas kebaikan di permukaan bumi ini??. Dan tentang ‘kejahatan’....”Bukh..!”, jantungku seakan-akan mau berhenti berdetak. “Tapi.....(ha...ha.....ha...). Aku pun akhirnya tertawa dalam hatiku. Jika aku membaca kitab suci dan membandingkannya dengan apa yang kenyataannya terjadi, aku pun menyadari bahwa semua yang manusia pikirkan dan lakukan semuanya itu adalah kejahatan. Ya!, mereka itu – termasuk aku – semuanya pendusta dan penjahat. Mestikah aku tetap menjalani apa yang aku pikirkan (kejahatan), sedangkan aku sudah mengetahui sedikit banyak tentang kebaikan “moral dan agama”?. Nah!, dalam hal ini pun aku bingung. Aku pun akhirnya menutup buku ini tanpa aku tahu apa yang harus aku perbuat dengan hidupku. (** end of this day **). 2008

August – 2008 –  Bekasi
Pagi ini aku mendengar suara syahdu dari penyanyi-penyanyi religi. Serta merta aku terbangun dan aku bertekuk lutut memperdengarkan doa-doaku kepada Tuhan. Aku merasakan damai yang sangat dahsyat mengalir di nadi-nadi tubuhku. Di doaku aku berkata “Tuhan.....ajar aku untuk lebih mengenal pribadiMu. Bawa aku lebih dekat dan lebih tahu apa yang Kau kehendaki dariku. Bapa...terima kasih atas semua pengorbananMu dalam hidupku. Terima kasih atas telinga yang kau berikan, dimana saat ini aku sedang bangkit semangat setelah mendengar syair-syair doa dalam lagu-lagu tentang hidup manusia di dunia ini. Bapa....inilah aku. Ubahkanlah aku..bentuklah aku seturut kehendakMu. Bapa...peluk aku dan biarkan aku berbaring di pangkuanMu seperti layaknya anak-anak kecil yang Kau sambut dengan tangan terbuka dan hati yang sangat tulus. Aku adalah salah satu anak itu Bapa. Bapa..Tuhanku. biarkan aku lebih mengenalMu. Bapa....terimakasih telah mendengar doa-doaku. Amen....”. Aku membuka mataku dan kurasakan ringan badanku. Rasa ngantukku terusir tiba-tiba. Aku pun melangkah dengan penuh ketenangan. Inilah aku dan hariku saat ini. Aku selalu berharap dapat merasakan hal yang seperti ini setiap waktu. Namun aku tahu aku harus bersiap menanggung beban “derita” di detik-detik yang akan datang. Ketenangan ini hanyalah sebuah langkah awal untukku agar aku mampu mengendalikan hidupku ke depannya. Mari langkahku...!. temukan saja arah mana yang kau pilih untuk dijalani. ###

‘*** next **’

Aku tak perrnah sekalipun menyadari walau aku sudah berada di duniaku menyeramkan. “Alasannya?”, ya!....sebenarnya sudah sejak lama aku mengenal apa yang disebut dengan perbuatan baik dan juga perbuatan jahat; tahu apa itu rugi dan untung; sadar akan adanya sedih dan bahagia. Ya!, dua hal yang selalu bertentangan di dunia ini. Tetapi aku tak habis pikir, mengapa aku selalu terjebak dalam perilaku burukku hingga aku merasakan kegelisahan di dalam hatiku. Aku tidak jauh berbeda dengan manusia yang tidak punya akal budi sama sekali. Aku tetap saja melakukan kesalahan-kesalahan yang membuatku terjatuh. Disaat aku merenung sejenak, aku tersadar dan akhirnya ada rasa penyesalan. Tetapi mengapa rasa penyesalanku tidak diikuti dengan adanya perubahan??. Sungguh aku tolol, goblok, bodoh, dan semua hal yang membuatku marah ada padaku. Ingin kuhentikan saja aliran nafasku. Kenapa jalan pikiran burukku selalu lebih luas daya jangkaunya dan lebih berkuasa atas ruang pikiran positifku. Dimanakah letak kunci yang bisa mengubah posisi jalan pikiranku?. Aku ingin mengambil kunci itu dan aku akan segera mempersempit ruang pikiran negatifku. Aku akan segera membersihkan kotoran-kotoran da semua debu yang menyumbat aliran pikiran positifku dan akan membangun ruang yang besar untuknya. Tapi inilah misteri hidup yang tak pernah aku temukan jawabannya. Aku sering bertanya kepada Tuhan yang kusampaikan lewat doa-doaku. Apa yang harus aku perbuat dengan jalan hidupku??. Para ahli psikolog sering berkata “Kebahagiaan itu ada pada diri kita”, dan juga para ahli religi berkata “berjalanlah lurus sesuai dengan Firman Tuhan, niscahaya hidupmu akan mendapatkan ketenangan” dan beribu-ribu ahli di luar sana mungkin akan berkata dengan arti yang sama yang menjelaskan bahwa kebahagiaan itu terdapat di dalam diri kita. Tetapi aku....aku...kenapa aku tidak percaya lagi dengan nasihat-nasihat mereka setelah aku menjalani dan mengalami sendiri kekhawatiran-kekhawatiran dalam hari-hariku. Aku tak mudah untuk percaya omongan yang keluar dari bibir manusia yang sama seperti diriku. Yang aku tahu “Life is a bitch!. Gila...!, kenapa aku sampai berkata begini ya??. Aku sudah terlanjur tidak percaya akan semua kata bahagia. Aku adalah orang yang terlalu berlumuran darah kejahatan. “Jahat itu merah bung!”, kata hatiku mencoba bercanda kepada suara hatiku malam ini. ** end**

***Next****
Inilah ingin aku ceritakan pagi ini. Aku mengawalinya dengan sebuah tanya, “Mestikah kita menilai seseorang dari penampilannya ‘tampang’??”. Fenomena ini memang setiap hari kita alami saat pertama kali kita bertemu dengan seseorang. Meskipun kita belum pernah berbicara langsung atau belum mengenal siapa orang tersebut, tetapi kita sering berbicara dengan hati kita sendiri, seperti “Manis sekali wajahnya!. Serem banget mukanya!. Lembut sekali bicaranya!. Cantik/ganteng banget sih tuh orang...!”, dan lain sebagainya. Sejauh aku berjalan dalam langkah hidupku, ternyata banyak pandangan manusia itu salah total atau terbalik dari apa yang diperkirakannya. Orang yang kutemui pertama kali berwajah seram dan menakutkan, setelah mengenal pribadinya ternyata orang tersebut berhati baik dan mulia. Malah sebaliknya, orang yang awalnya kukenal dengan wajah manis, lembut dengan senyum manisnya ternyata dia dalah orang yang kasar dan perilakunya buruk. Dua hal yang sangat bertentangan terjadi disini. Ternyata ‘tampang’ wajah tidak selamanya menjadi acuan untuk menyatakan bahwa orang tersebut adalah orang yang baik atau orang yang jahat hatinya. Perlu pengenalan yang lebih lanjut tentang mereka jika kita ingin memutuskan apakah pendapat kita tentang seseorang itu benar atau tidak. Inilah kenyataan hidup di dunia yang kita sebut FANA ini. Inilah ceritaku pagi ini dimana setelah aku berfikir dan pertimbangkan aku perlu menuliskannya untuk terus mengingatkanku akan satu hal, yakni berusaha berfikir positif dalam segala hal. Meskipun kita tahu bahwa jalan dan sikap hidup seseorang bisa berubah-ubah seiring dengan waktu.

‘**next**’

Aku selalu merasa bodoh dengan sikapku yang selalu mengharapakan orang lain untuk menyenangkan diriku, sedangkan aku sudah seringkali merasakan kesedihan yang sangat dalam karena harapan-harapanku tersebut tidak terwujud. Dimanakah letak logikaku?. Apakah aku yang terlalu perasa sehingga hal itu begitu menyakitkan bagiku. Aku sudah mencoba dan terus mencoba untuk bisa berfikir lebih dewasa tentang sikapku. Aku harus bisa mencari kebahagiaanku dalam diriku sendiri. Aku sepantasnya tidak terlalu berharap banyak akan perhatian orang lain ke aku yang nyatanya sangat mengganggu jalan pikiranku. Disinilah aku harus tetap bertahan dan terus bertahan untuk tetap bisa mencari kebahagiaanku sendiri. Inilah kata hatiku saat ini. ***

‘’*****’’

Aku sedang membayangkan langkahku terhenti di sebuah ujung jalan. Di ujung sana aku mendapati sebuah danau kecil yang sunyi dikelilingi oleh pepohonan yang penuh dengan kunang-kunang di setiap rantingnya. Aku duduk bersandar di sebuah batang pohon sambil menatap ke arah air yang tenang itu. Aku ingin selamanya menikmati suasana malam seperti ini. Teduh, tentram, dingin dan sepi kurasakan. Lemah gemulai ranting dan dedaunan bergoyang seiring dengan angin yang sedang berdansa malam ini. Suara jangkrik yang sahut menyahut lembut semakin membuat anganku melayang. Jujur....suasana seperti yang kubayangkan saat ini membuat aku tak takut lagi pada kesendirian dan kesunyian setelah setiap detik aku merasa gelisah tentang hari-hariku. Kini aku mengerti bahwa di balik kesepian ini banyak hal yang aku dapati. Tentang bagaimana aku harus mengedalikan perasaanku; tentang bagaimana aku mengendalikan nafsu, amarah dan gelisahku; dan sebagainya. Dibalik kesunyian ini banyak makna hidup yang aku dapatkan dan kupahami. Inilah khayalanku dipagi hari yang masih buta ini. ‘’**’’

October – 18th – 2008 –  Bekasi 00.25 WIB
Tak ada lagi kekuatanku untuk bertahan dalam kebohongan-kebohongan hatiku. Aku takut pada diriku sendiri jika semua yang aku lakukan adalah jahat di mata Tuhan dan juga di hadapan orang-orang yang mencintaiku. Aku menyadari kalau hidupku adalah sepenuhnya ada di tangan Tuhan. Karena Ia dahulu yang membentuk aku di rahim ibuku. Dia merancang tulang-tulang dan semua inderaku dengan sempurna dalam tubuhku. Tetapi apakah dan dimanakah letak kebaikan yang telah aku lakukan??. Tidak ada sama sekali. Aku merasa hidupku sekarang sia-sia. Semua gelap gulita. Tiada lagi cahaya terang di hadapku. Apakah aku terlalu trauma dengan tidak adanya kutemukan kebahagiaan semasa kecilku. Apakah aku yang terlalu membanding-bandingkan diriku dengan orang yang lebih mujur dari pada aku??. Yah!!, mungkin itu adalah salah satu alasan yang paling utama mengapa aku selalu berambisi untuk mencoba menjadi seperti mereka. terkadang aku sadar kalau Tuhan telah menciptakan manusia dengan tujuan hidup yang berbeda-beda. Tetapi kesadaran yang aku miliki hanyalah untuk sementara karena tiba-tiba saja kesadaran itu hilang saat keserakahanku muncul menggerogoti dan melukai perasaanku. Aku hanya bisa duduk termangu dan diam di kamar yang sepi dan sempit ini seraya aku terus menerus bertanya-tanya apakah tujuan Tuhan menghadirkan aku di dunia ini??. Dia telah melihat kebejatan-kebejatan yang sudah dan akan aku lakukan dimasa lalu, kini dan juga yang akan datang. Tetapi Tuhan seakan-akan menutup mata atas semua pertanyaan-pertanyaanku. Dimanakah letak kebahagiaan hidup yang sebenarnya??. Jika hal itu ada dalam hati, dengan apakah aku bisa melihat hal itu benar atau tidak??. Inilah gejolak rasa gelisahku malam ini. *2008*

October– 2008 –  20th -- Bekasi
Aku tak mau ada lagi orang yang seperti aku. Aku yang begitu tersiksa dengan suasana hatiku. Aku kesepian disini, tetapi hatiku serasa ada kemarahan pada diriku sendiri. Belakangan ini, aku seringkali dipusingkan dengan keadaan keuanganku. Aku sendiri sudah mengirit habis-habisan agar uang bulanan yang dikirimkan adikku ‘JF’ dan saudara-saudara perempuanku cukup untuk biaya bulananku. Tetapi apa??. Yang kudapati diriku bukan lagi hidup pas-pasan, tetapi malah lebih parah lagi....aku harus meminjam uang dari teman-temanku sebelum akhir bulan. Jujur....aku jarang sekali menuliskan hal-hal tentang masa-masa pacaranku dengan beberapa gadis yang aku cintai dulu. Semenjak aku duduk di bangku perkuliahan dan hidup dalam kekurangan, tak satu pun mereka kuberitahukan tentang keadaaan keuanganku yang sebenarnya memprihatinkan. Untunglah beberapa mantan pacarku tahu dan langsung memahami keadaanku sehingga aku tidak terlalu kerepotan menghadapi mereka yang kesal karena tidak banyak yang aku perbuat untuk membahagiakan mereka. Hanya cinta dan perhatian yang aku punya dan kuberikan pada mereka. Inilah suara hatiku pagi ini. Berharap waktu memihakku pada kebahagiaan esok hari. Terima kasih Tuhan atas segala kesempatan untuk hidup di bumi ciptaanMu ini. Amen**

October – 18th – 2008
Hari ini aku merasa capek sekali. Tetapi di samping itu aku merasa banyak kebahagiaan mendadak yang aku dapatkan hari ini. Kemarin aku sangat menderita dengan keadaan keuanganku. Hari ini, sepertinya dewa fortuna sedang berpihak padaku. Teman-temanku meminjamkan uangnya padaku sehingga aku tidak takut lagi. Siang harinya kakak perempuanku menelepon aku dan menanyakan tentang kabarku. Nah!, moment itu aku manfaatkan untuk mencurahkan sedikit uneg-unegku dan masalah keuanganku. “Thanks God!, akhirnya kakakku mau meminjamkan aku uang sebesar Rp. 100.000. Aku tak tahu lagi harus bilang apa-apa pada orang-orang yang masih setia menyayangiku. Hal ini menambah kekuatan imanku bahwasanya Tuhan tidak pernah meninggalkan aku, hambanya yang sedang kalang kabut jalan pikiranny. Aku pun bersimpuh dan bersujud serta bersyukur atas karunia dan kasih sayang Tuhan kepadaku. Inilah cerita hidupku hari ini. **Next-2008**

Biarlah semua orang yang benci terhadapku memberi komentar tentang semua jalan hidupku. Aku semakin sigap memahami perbedaan-perbedaan yang ada di dunia ini. Aku percaya bahwa Tuhan telah menciptakan perbedaan di dalam diri manusia itu agar manusia belajar untuk memahami dan menyanyangi orang lain. Disinilah aku belajar tentang diriku dan juga orang lain. Meskipun susah untuk menerima ‘perbedaan’ itu, tetapi demi ketentraman dan kedamaian dalam kehidupanku bersama orang lain, aku harus belajar dan terus belajar untuk memahami orang lain. “Marilah kita memulainya dari diri kita sendiri. Jangan tunggu orang lain berbuat baik dulu kepada kita...”, inilah kata dan imbauan hatiku. ***

Aku tak pantas menerima semua kenyataan hidup ini. Terkadang aku merasa terlalu diberkati oleh Tuhan, tetapi aku merasa malu dengan semuanya itu karena aku adalah ‘iblis’ sang penghianat bagi imanku. Kutilik ke dalam ruang hatiku. Ternyata aku baru menyadari kalau aku bukanlah manusia yang pantas hidup di dunia ini. Aku penuh dengan dosa. Mulutku penuh dengan dusta. Lidahku penuh dengan tipu. Wajahku penuh dengan senyuman kemunafikan. Hatiku penuh dengan racun kenikmatan. Aku baru sadar kalau aku adalah salah satu mahluk yang paling hina yang ada di bumi ini. Aku tak bisa lagi berbuat apa-apa. Aku lemah, lunglai, letih, lesu dan tubuhkuterkapar di lorong hitam penuh kenistaan. Yang aku harapkan hanyalah kematian. Tetapi begitu baiknya EngkauTuhan....Engkau masih memberi waktu buatku untuk menarik nafas setiap paginya. Tapi....masihkah ada waktu buatku merubah hidupku??. Aku takut di pertengahan jalanku nanti aku akan terjatuh lagi dan takut tak bisa lagi bangkit untuk memperbaiki semua kesalahanku. Aku pun takut nantinya aku mati sia-sia tanpa ada kebaikan yang aku tinggalkan, hingga untuk menyesali semua salahku pun aku takut aku tak punya waktu lagi. “Mampukah aku menjalani hidupku yang hanya tinggal sedetik saja??.”, aku seakan bertanya entahlah kepada siapa, aku pun tak tahu......***

“At Ship (Merak_Bakau heuni) July 24Th 2007—02.15 WIB
Aku berangkat dari Bekasi sekitar jam 21.00WIB menuju pelabuhan Merak. Aku sudah memutuskan untuk berlibur di Lampung (Sumatera) karena aku tidak punya kegiatan apa-apaselama liburan kuliah tahun ini. Awalnya aku berjanji tidak akan secepat ini kembali mengunjungi kota Rawa Jitu/Ipil (Lampung Selatan) itu. Penyebabnya adalah karena aku masih belum bisa melupakan kejadian tragis pada awal January yang lalu (2007). Tepatnya pada saat pulang dari Ipil menuju pelabuhan Bakau Heuni (Lampung). Bus angkutan yang aku tumpangi terbalik ‘kecelakaan’ jam 00.15 WIB di daerah Kalianda, sebuah kota kecil di Propinsi Lampung yang dilewati oleh Bus yang aku tumpangi. Karena itu aku mengalami sedikit goresan-goresan di kepala akibat kaca bis yang pecah berserakan. Aku sangat bersyukur pada Tuhan karena keadaan jiwa dan tubuhku masih utuh. Sesampai di Jakarta, aku berjanji dalam hati tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki di kota itu. Tapi....apa boleh bua, karena kakak-kakakku dan orangtuaku menghendaki aku untuk berlibur ke kota itu, akhirnya aku tak ada pilihan dan harus menarik kembali ucapan ‘janji’ku dan pergi kembali ke kota itu dan juga dikarenakan biaya untuk sehari-hariku selama kuliah di Jakarta sangat membebani mereka. Aku hanya bisa menguatkan hati dan jiwaku agar selalu tabah dan tetap percaya akan lindungan Tuhan yang maha kuasa. Dengan berharap liburanku kali ini bisa membahagiakan saudara-saudaraku yang akan kukunjungi disana dan kakak-kakakku tidak akan pusing lagi dengan keluh-kesahku tentang keuanganku selama liburan ini, terutama untuk hatiku sendiri. Aku terus berfikir dan berpacu dalam hati untuk tetap menjadi seorang pribadi yang punya budi pekerti yang baik dan tetap berjalan di jalan yang benar. Karena dari perjalananku saat ini aku menyimpulkan suatu pelajaran hidup bahwasanya segala sesuatu yang kita janjikan pada oranglain dan juga pada hati kita sendiri tidak semuanya sesuai dengan jalan pikiran kita, tetapi berjalan sesuai dengan waktu yang terus berputar.
(Reza_goen—24.07.2007 02.45WIB---Antara Merak_Bakau Heuni).

“”TAKKAN PERNAH BISA KU’MENGERTI”
Bekasi 25.08.2007

Semua ini tentang semua kekhawatiranku akan apa yang terus menerus terjadi di dalam hidupku. Begitu banyak hal yang aku sudah jalani di dalam hidup ini. Sampai saat ini aku tak pernah mengerti, kenapa harus ada kekhawatiran ini. Dalam semua makna hidup yang aku dan orang lain tahu, aku mengakui bahwa tak semua insan di dunia ini mengerti apa tujuan hidup yang sebenarnya. Orang yang punya iman akan adanya Tuhan pun tak semua memahami apa tujuan hidup mereka sebenarnya. Begitu juga dengan aku dan pribadiku. Di usia yang sudah 20’an tahun ini, semestinya aku bisa mengutarakan dan mendapatkan apa yang dimaksud dengan tujuan hidup. Nyatanya......, aku semakin bingung disertai dengan kegalauan yang semakin memusingkan jalan pikirnaku. Aku.....yang aku tahu aku punya iman dan pengharapan sama sekali tak mengerti apa yang aku harapkan. Setiap hari aku merasa hidup begitu-begitu saja. Banyak orang bilang hidup itu mestinya punya dorongan/motivasi untuk tetap berjuang. Nah...!, pengertian ‘berjuang’ itu pun aku tak tahu tujuannya untuk apa?. Apakah pengertian dengan kata-kata bisa memecahkan masalah yang kita hadapi??. Yah....!, semakin aku membahas hal ini, pikiranku terus berputar pada hal-hal yang akan terjadi dan juga yang telah terjadi di hidupku. Apakah ini akibat dari ketakutanku pada hal-hal buruk yang akan aku hadapi di esok hariku??. Mungkin saja. Atau mungkin karena aku melihat bahwasanya hari-hari yang telah aku jalani tidak ada kebahagiaan ataupun perubahan yang aku dapatkan. Nah, kalau memang karena hal itu, aku bisa saja menyebutkan diriku sebagai ‘pengecut’ atau ‘pecundang’ sejati.
Reza Goen—25.08.2007 14.50WIB

2004

Kenapa harus ada rasa cinta ini??. Aku resah, gelisah, dan segala macam rasa yang membuatku tak nyaman dengan hatiku sendiri. Jiwaku penuh dengan khayal. Tapi..., kenapa semakin bayangmu hadir...semakin sulit aku untuk mengatakan perasaan yang aku miliki untukmu. Mengapa harus ada dirimu??. Kenapa harus kita bertemu??. Aku harus menyalahkan siapa??. Haruskah aku pergi jauh darimu??. Ah..!, aku tak bisa menghilangkan perasaanku padamu. Aku hanya inginkan dirimu. Aku pun tak ingin berharap banyak darimu dan aku pun tak ingin dirimu menderita karena cintaku padamu. Aku hanya mau kau tahu akan rasa cintaku...itu saja sudah cukup bagiku. Sudah cukup untuk menenangkan jiwaku. Sudah cukup untuk menentramkan hatiku. Aku pun tak ingin kau resah karena cintaku. Aku benar-benar jatuh cinta padamu. Aku benar-benar tak punya maksud untuk menyakitimu. Aku hanya ingin kau tahu..kasih...rasa sedihku bila tak bertemu denganmu. Tetapi aku masih ragu..., aku ragu untuk memulainya darimana??. Aku kehabisan kata-kata. Kenapa aku harus mencintaimu??. Kenapa aku harus ada rasa ragu??. Aku...aku....aku.....resah...gelisah...dan hatiku gak pernah tenang sebelum aku berterus terang tentang semua rasa cintaku ini untukmu. I love u much. (To you my Girl...).

“’INGIN HATIKU MENEPI””
Bekasi, December 10.2005 By: Goen Tamsar

Sepertinya malam ini kembali menyudutkan hatiku. Aku semakin terpuruk dengan suasana hatiku. Semua suara hingar bingar ini menumpuk menjadi segunung kebencian. Ntahlah!, kucoba lagi menarik nafasku dalam-dalam sampai kembali kuhembuskan dengan keras keluar dari rongga hidung dan mulutku. Malam!, kemana lagi aku berlari agar tak kudengar lagi suara-suara ini?. Apakah aku harus pergi berlari ke hutan?. Hutan?. Aku baru sadar disekitarku malah tak ada lagi hutan sepi yang berhawa sejuk yang bisa menetramkan hatiku. Yang ada hanyalah hiruk pikuk manusia yang bertingkah aneh. Sepertinya, hal itu membuat aku muak, muak dengan sikap manusia yang bertopeng, yang tak mau kedok hitamnya terlihat di atas puith. Kenapa??!. Betapa jelasnya noda-noda itu terlihat jika ditempatkan di atas lembaran putih. Haruskah aku hidup dengan kebencian ini?. Tapi....tidak mungkin!, karena hal ini memang tercipta untuk aku lihat, kudengar dan kurasakan. Kalau hanya untuk kulihat...tak mungkin kebencian ini meluap-luap seperti ini. Tapi..hal itu juga harus aku rasakan dan aku dengar. Semuanya itu membuat aku ingin pergi jauh dari keramaian ini. Karena mungkin aku terlahir untuk membenci kebencian ini, sehingga aku ingin lari dari semua ini. Tapi....biarlah aku serahkan semua itu pada perjalanan waktu. Setiap detik biarlah menjadi saksi atas kebencianku.

July. 2009
“NEGATIVE THINKING”
Kalau bisa aku membuat presentase antara ruang pikiranpositif dan negatif, kukatakan dengan jujur bahwa pikiranku 99% selalu dipenuhi dengan pikiran negatif. Hanya 1% saja pikiran positif yang aku miliki. Aku takut aku menjadi manusia yang takkan pernah dewasa dalam hal berfikir. Sanggupkah aku mengubah angka itu menjadi berbalik arah??....maksudnya, mungkinkah yang 99% pikiran negatif itu menjadi 2% saja, sedangkan pikiran positifku menjadi yang 99% nya?. Aku tak bisa janji untuk bisa memperbaharuinya. Tetapi semakin kujalani hari-hariku dan juga meneliti perilaku orang lain, aku bisa pastikan 99% orang di dunia ini penuh dengan pikiran negatif dalam kesehariannya. Itulah yang aku rasakan saat ini. Betapa terpuruknya hidupku saat ini. Aku begitu takut apabila jalan hidupku tak akan pernah berkembang menjadi manusia yang lebih dewasa dalam melihat masa depan. Bagaimana bisa aku percaya pada oranglain jika pada diriku sendiri pun aku sering berpikiran negatif. Yang aku temukan hanyalah rasa gelisah dan berubah menjadi ketakutan yang terkadang tidak berasalan. Kemudian ditambah dengan rasa kesepian yang berubah menjadi rasa angkuh dan menjauh dari kehidupan orang lain. Seolah-olah aku bersembunyi selalu dalam kemunafikan diri. Karena hal itu, aku sering kali menjadi berfikiran negatif tentang orang lain. Aku berfikir oarng lain telah membenciku, mencemoohkanku dan rasa jelek lainnya yang membuat sebuah balok yang memisahkan aku dari kedamaian hatiku sendiri. Dasarnya mungkin adalah hal sepele, dimana aku kurang menghargai apa yang telah aku dapatkan dalam kehidupanku ini. Aku kurang mensyukuri anugerah Tuhan dalam setiap detikku. Aku tidak menghormati kebaikan yang menghampiriku. Begitu jahatkah aku??. Begitu hinakah aku jika berpikiran negatif tentang orang lain dan bahkan terhadap diriku sendiri??.

“”AKU BENCI KETENANGAN””
2009-July 16Th

Aku ingin berteriak, memusnahkan semua kebisuan malam ini. Meskipun oranglain sudah tertidur lelap , sepi dan penuh kedamaian, tetapi aku seakana tak perduli. Ingin aku bangunkan saja tidur lelap mereka dan mencaci mereka satu persatu. Tapi.......kenapa aku begitu membenci kebisuan ini disaat setiap orang ingin mendapatkan tenang dalam keheningan??. Aku juga tidak tahu dan tidak mengerti alasan yang jelas kenapa hatiku seperti ini. Pusing kepalaku memikirkannya. Yang jelas...aku ingin mengubah suasana malam ini terbalik arah, yakni mengubah keheningan ini menjadi sebuah kebisingan.

EGOIS
17Th, 2009 July
Kenapa egois ini selalu datang mengacaukan suasana hatiku??. Ingin aku memaki-maki mereka yang telah merenggut kedamaian hatiku. Tetapi aku sadar...aku juga seringkali mengganggu keheningan mereka dengan suara bisingku. Aku acuh pada pikiran mereka yang negatif tentangku. Malam ini....mendengar suara mereka saja membuat aku muak, marah dan merasa benci pada mereka. Inilah rasa yang selalu menyiksa bathinku setiap hari. Aku tahu ini memang tak adil, tetapi saat ini...aku tak ingin diganggu dengan keberadaan mereka disini, disampingku. Aku memang benar egois bukan??. Aku tak tahu apakah aku pantas berada di tengah-tengah mereka??. Aku takut aku menjadi mahluk yang paling egois di dunia ini. Namun aku tak bisa membohongi perasaanku saat ini dan sementara itu aku juga tak ingin dibenci oleh mereka. Saat-saat seperti ini aku benar-benar kacau dan ingin pergi saja ke tempat dimana tidak ada sebuah bunyi pun yang mengusikku. Namun dimana??...........aku bego...bego......bertanya pada diri sendiri dan tak ada satu pun jawaban yang aku dapatkan.

AKU MARAH
JulY.17.2009 Bekasi (ledakan bom kuningan jakarta)07.47WIB..07 -07-2009


Kejadian itu semakin memperburuk kondisi Indonesia’ku saat ini. Ledakan di dua hotel yang berdampingan di mega kuningan Jakarta itu telah memakan puluhan korban luka-luka dan telah menewaskan +/- sembilan jiwa. Hal itu dilakukan oleh orang-orang biadab yang melakukan ‘bom’ bunuh diri. Aku berfikir dalam hati...dari apakah hati orang-orang biadab tersebut terbuat??. Aku jadi berfikir kalau orang-orang tersebut bukan dilahirkan dari rahim seorang ibu, tetapi dari rahim sebuah mesin. Kalau dia memang terlahir dari rahim seorang ibu, dia tak mungkin melakukan aksi ‘bom’ bunuh diri tersebut. Namun ada hal yang menarik perhatianku saat ini. Aku melihat betapa gencarnya orang-orang meliput berita disekitar kejadian tersebut. Aku heran...kenapa ya, sebagian dari mereka begitu tega mencari kesempatan dalam kesempitan. Sementara para korban sedang dievakuasi (ditempatkan ditempat yang aman) agar segera mendapatkan pertolongan, disaat itu juga sebagian orang tega menyalakan video kameranya, ikut berlari dan merapat kepada korban yang telah sekarat. Bukannya segera ikut membantu, ataupun memberikan jalan agar proses evakuasi berjalan lancar, mereka malah sibuk dengan kegiatan mereka sendiri dan terkadang mereka tidak sadar kalau keberadaan mereka telah menghambat orang-orang yang membantu menyelamatkan nyawa para korban. Mereka seakan tidak punya rasa manusiawi. Sebagian dari mereka tidak mempunyai rasa prihatin dengan menanya-nanya si korban yang masih trauma ataupun masih dengan nafas yang tersengal, hanya untuk mendapatkan berita yang tidak begitu penting. Aku mengharhai pekerjaan mereka, tetapi perlu disadari kalau kepentingan orang lain (korban) masih lebih penting diselamatkan dari pada hanya mendapatkan sebuah berita yang mungkin tidak ada artinya. Aku tahu dan menyadari kalau itu adalah cara mereka mendapatkan sesuap nasi..tetapi maksudnya, mereka lebih tahu situasi dan mengerti kapan saat yang tepat untuk mendapatkan berita tanpa menghambat proses bantuan terhadap si korban. Jelasnya, biarkanlah dahulu si korban terselamatkan. Nah, dengan begitu si korban akan bisa kita tanyakan informasi yang lebih jelas tentang peristiwa yang melandanya. Saya mau bertanya, “Jika anda ada pada posisi si korban yang sangat membutuhkan pertolongan secepatnya, sedangkan orang-ornag sibuk memberondong anda dengan berbagai macam pertanyaan, bagaimana perasaan anda?. Pernahkah anda berfikir jika anda berada pada posisi mereka??. Jawabannya hanya ada pada diri kita sendiri yang merasa telah melakukan hal tersebut di atas. Tetapi jika anda merasa tidak melakukan hal tersebut, berarti anda bukan orang yang dimaksud di atas (maaf!). aku yakin dan sangat yakin, orang yang berbuat baik dan yang mementingkan kepentingan orang lain (menolong), akan diberikan rezeki yang berlimpah dari Tuhan yang maha Esa. Perbuatan kita tersebut akan diberkati ratusan lipat kali ganda oleh yang Maha Kuasa. Amen.

Rapuh
2009.August_Lampung
Pernahkah melihat ranting kayu yang telah kering??. Nah coba patahkan dengan kedua tangan anda. Bunyinya akan terdengar rapuh. Begitulah keadaan hatiku saat ini. Aku seakan-akan tak punya semangat, tak punya tenaga untuk melakukan apa-apa. Aku begitu khawatir dengan suasana hatiku. Seringkali aku berfikir kalau hidupku setiap harinya adalah sebuah permainan yang tak berguna dan seperti sebuah teka-teki yang tak ada jawabannya. Jujur,,,,,,,aku seakan tak mengenal pribadiku sendiri. Kadang aku bisa mengambil kegahagiaan disaat aku sedang bersedih dan kadang aku pun bersedih disaat aku sedang tertawa. Tapi…..inilah misteri hidup yang harus aku cari jawabannya karena aku tahu aku akan mendapatkannya di tempat dimana aku akan bertemu dengan Tuhanku, yaitu di sorga, tempat yang paling indah yang masih ada dalam bayanganku karena aku belum pernah melihatnya dengan kasat mata. Tetapi aku percaya kalau sorga itu adalah tempat kedamaian. Takkan ada kegelisahan lagi disana. Disanalah aku akan bertemu dan berpelukan dengan penciptaku. Amen.

PEPERANGAN  BATHIN
2009-August 13Th_Lampung Selatan

Aku ingin menuliskan perihal peperangan antara sudut kebaikan dan kejahatan di dalam pikiran manusia itu setiap detiknya. Banyak orang mengatakan begitu mudahnya berbuat jahat. Tetapi sangat susah untuk melakukan perbuatan baik, apalagi yang berhubungan erat dengan keuangan. Sama seperti mencari sahabat sangatlah susah dan butuh waktu yang lama untuk mengetahui apakah seseorang tersebut bisa dibilang seorang sahabat atau hanya sekedar teman biasa. Kita kembali ke masalah utama yaitu kata “peperangan” dan “bathin”. Aku mengakui kalau diriku setiap detiknya selalu bergumul dengan suara hatiku. Hatiku yang dihuni oleh dua kotak yang isinya sangatlah bertolak belakang sekali antara yang satu dengan yang lainnya. Kotak satunya, yang aku gambarkan berwarna hitam pekat itu dipenuhi dengan bisikan-bisikan “setan”, yakni suara kejahatan yang disebut dengan “dosa” dan kotak yang yang satu lagi berwarna putih berkilau, yakni yang berisikan suara lembut, suara kebaikan. Yapzz!, untuk hal duniawi.....kotak hitam itu sangat memberikan kepuasan kepada hati manusia. Begitu cepatnya orang bisa melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh bisikan setan tersebut. Tetapi lihat....jarang sekali orangmenoleh dan bahkan membuka kotak putih itu. Karena hanya dengan hati yang penuh dengan imanlah kotak itu bisa terbuka dan akan mengeluarkan kilauan putih bersinar yang memberikan kebahagiaan ke dalam jiwa manusia yang dapat membukakannya. Amen.

“”the smile””
August-11-2009_Rawa Pitu_lampung
When the smile has gone, I feel nothing by my side. Even Ihave known that life sometimes is suck, but this time I can’t afford what I want. What I want is to find out the bright world, not just the darkness.so long time, I’ve just kept silent, no sound surrounds me. Emptiness fulfills my heart. There’s an empty space inside of it. I don’t know why?, the bof of heart is full of worthlessness. I only find and realize that God always takes care and leads me to see the rightest places.

“IBU”
Bandar Lampung_Rawa Pitu/SP7__August.14.2009.Gunawan
Pepatah yang mengatakan “Kasih Ibu Sepanjang Masa”...adalah kalimat yang sangat menyadarkan aku akan perhatian seorang ibu kepada anak-anaknya. Secara alami, seorang ibu itu memang sudah ditakdirkan oleh Tuhan untuk mengandung janin bayi selama +/- 9 bulan. Begitu berat pekerjaan seorang ibu selama sembilan bulan tersebut dalam memelihara janin yang dikandungnya. Tidak salah memang jika banyak sekali syair-syair lagu yang diciptakan para seniman di dunia ini yang berisikan tentang kasih ibu kepada anak-anaknya. Jelaslah bahwa kasih ibu itu bisa diibaratkan seperti kasih Tuhan kepada umatnya. Seberapa pun besarnya kesalahan anak-anaknya, seorang ibu selalu berusaha menerima dan bahkan mengalah demi kebahagiaan anak-anaknya. Memang....tidak 100% hal tersebut di atas benar, karena ada beberapa kejadian dimana seorang ibu tega menjual dan bahkan membunuh anaknya. Kebanyakan hal tersebut terjadi dikarenakan kondisi ekonomi keluarga yang sangat pelik sehingga seorang ibu tega menghilangkan nyawaw bayi/janinnya karena tidak mau melihat anaknya mati kelaparan ataupun menderita karenanya. Tetapi 99% kasih seorang ibu itu mampu memberikan kehidupan bagi anak-anaknya, yakni kita semua yang lahir dari rahim seorang ibu. Seorang ibu rela berpeluh keringat dan membanting tulang untuk mencukupi nafkah bai anak-anaknya. Kadang-kadang mereka juga rela melakukan hal-hal yang kita anggap bodoh demi membahagiakan anak-anaknya. Dari mulai mengandung selama 9 bulan, membawa janin yang berat itu kesana kemari dan tetap menjaga keselamatan janin tersebut dari segala bahaya. Setelah itu,seorang ibu akan melewati proses melahirkan yang kadang-kadang harus mempertaruhkan nyawanya agar sibayi bisa hidup. Kemudian ibu akan merawat sibayi sampai bertumbuh dewasa. Namun..mari kita kita renungkan, apa yang telah kita perbuat untuk kebahagiaan ibu kita??. Seberapa besarkah perhatian yang kita berikan kepada ibu kita di setiap harinya??. Banyak sekali dari kita yang hampir-hampir tidak pernah memberikan kebahagiaan kepada ibu kita. Dan yang sangat tragis adalah bahwa kita merasa bahwa kita dilahirkan adalah karena keinginan orangtua kita da karena itu ayah-ibu kita harus rela menerima segala tingkah laku kita hingga kita tidak pernah berfikir untuk membahagiakan mereka, khususnya ibu kita. Ada juga dari kita yang tega mencaci-maki, membentak dan bahkan tega mengusir ibu kita dari rumah. Ada yang begitu sadis membunuh ibunya hanya karena dia tidak bisa memenuhi keinginan kita. Kemanakah harkat martabat dan akal sehat kita sebagai manusia??. Binatang saja hormat kepada induknya, apalagi kita manusia yang punya akal budi dan pekerti yang diberikan Tuhan kepada kita semenjak lahir. Maukah kita menjadi manusia yang disamakan atau bahkan disebut lebih rendah dari seekor binatang??. Mari...mulai saat ini kita renungkan, dan mulailah bertindak untuk memberikan kebahagiaan kepada ibu kita jika tidak mau nantinya kita menyesal seumur hidup. Coba renungkan betapa besarnya kasih dan pengorbanan seorang ibu bagi kebahagiaan kita di setiap detik kehidupan kita. “Respect and love your mom!”. Amen.

Aku bangga pada perempuan ‘cantik’ itu
Dia seorang  perempuan cantik, pintar dan religius. Mendengar suaranya kali ini membuat aku bertanya-tanya. “Ada apa gerangan?”. Walaupun dia jarang ngobrol denganku, tetapi aku tahu ada keanehan di suara itu. ”Yupz!”, ternyata benar. Dia sedang dalam masalah besar mengenai masa depannya. Tanpa aku minta, aku pun tersadar kalau dia sudah sedang berbicara dan bercerita panjang lebar kepadaku. Bisa dibilang dia sedang curhat (mencurahkan isi hatinya) kepadaku. “Tetapi....., ini masalah serius!”, pikirku dalam hati. “Kenapa dia harus menceritakan segala sesuatunya kepadaku?. Sedangkan dia sudah tahu kalau aku pun masih belum cukup dewasa untuk mendengarkan cerita seperti itu. Usiaku jauh lebih muda dari dia. Dia seorang pekerja, sedangkan aku masih berstatus pelajar. Bahkan ini adalah cerita tentang perasaan seorang wanita yang merasa dikhianati oleh pacarnya. “God!, bantu aku mendengarkan curahan hatinya”, aku berkata seraya terus bertanya-tanya dalam hati. Jujur....saat dia bercerita tentang perbuatan jahanam yang dilakukan pacarnya terhadap dia, aku pun ikut merasakan kesedihan yang mendalam. Meskipun aku adalah seorang pria, tetapi mendengar cerita tentang sebuah perasaan yang terkhianati seperti itu, aku pun tak kuasa menahan rasa sedihku karena aku pun pernah merasakan hal yang sama. Kejadian itu adalah enam tahun silam. Aku merasakan sakit hati yang sangat dalam terhadap pacarku. “Sangat dalam??”. “ya!..sangat...”. Sakitnya masih dapat kurasakan sampai saat ini. Perih menusuk jiwa. Meskipun jalan ceritanya berbeda, tetapi aku yakin sakit yang dulu kurasakan kemungkinan besar sama seperti luka dan sakit yang kini perempuan itu rasakan. Sementara itu, dia masih sedang bercerita tentang mantan kekasihnya yang kepergok olehnya sedang melakukan hubungan asusila dengan seorang wanita yang telah bersuami pula. “Wah..Wah,,Wah,....!”, hanya tiga kata “wah” yang keluar dari bibirku. Aku bukan memuji atau mengagumi perempuan itu, tetapi aku hanya kaget dan tak habis pikir kenapa laki-laki bajingan itu tega menyia-nyiakan cinta seorang perempuan cantik yang sedang ada di depan mataku saat ini. Aku masih sempat berdoa dalam hati semoga gadis cantik yang kupanggil dengan sebutan “kakak” ini bisa kuat menerima kenyataan yang telah terjadi. “Tetapi pengalaman pahit yang aku pernah alami tak mungkin aku ceritakan di saat dia sedih seperti ini.”, aku berkata dalam hati. Akhirnya aku mengurungkan niatku untuk  bercerita padanya. “Yapzz!, mungkin aku hanya bisa bersyukur karena beruntung dapat dipercayai menjadi teman curahan hati, oleh seorang gadis cantik yang pantas kusebut kakak. Tapi...tapi.....apakah aku pantas??. Apakah aku pantas menjadi seorang pendengar yang baik bagi dia?. Apakah aku pantas untuk mendoakan dirinya sedangkan aku hanya seorang adik kecil buatnya?. Tetapi..apakah aku salah??, karena dia yang  memintaku untuk tidak pernah lupa membawa dia dalam doa-doaku. Sungguh!..aku begitu takut kali ini. Aku takut tidak bisa menjadi seperti yang dia inginkan, yakni menjadi seorang teman setianya. Karena dia pernah bilang bahwa aku adalah seorang anak Tuhan yang aktif dalam pelayanan. Aku takut jika dia tahu kalau aku jauh dari yang dia kira. Aku bukanlah seperti yang dia pikirkan. “Yah..!, aku masih seorang manusia yang hidupnya hitam, gelap dan tak punya kepribadian yang utuh. Aku adalah seorang laki-laki jahanam yang masih penuh dengan perbuatan dosa. Tidak tahukah dirinya bahwasanya aku juga tak jauh berbeda dengan mantan kekasihnya??. Ya..!, aku bejad. Aku tidak seperti yang dia kemukakan tadi. Aku hanya bisa berdoa dan terus berdoa, semoga aku bisa menjadi seseorang yang dia anggap baik. Baik dalam artian...religius dalam segala sikap dan tindakan. Yah!, dari hal ini aku pun semakin terpacu untuk menjadi orang yang lebih bermanfaat bagi orang lain sesuai dengan talenta yang Dia (Tuhan) anugerahkan kepadaku. Amen.

Kapan??
July, 25th_2009, Saturday_Bekasi
“Kapan hidupku berubah??”. Pertanyaan seperti itu selalu muncul saat hatiku terasa down. Apa yang aku harapkan tidak seperti kenyataan yang kudapatkan. Hal inilah yang kerapkali menimbulkan kekecewaan di dalam hari-hariku. Ini menjadi misteri hati setipa manusia seperti aku. Kali ini, aku terpuruk karena dengan tiba-tiba kesedihan dan tawar hati menghampiriku. Aku tak bisa berbuat banyak selain berpikiran positif tentang apa yang terjadi padaku hari ini. Dari pagi tadi aku termenung tanpa jelas penyebabnya. Bukan masalah keuangan, bukan karena aku tak makan ataupun bukan karena aku tak punya teman untuk diajak mengobrol. Tapi......tanpa aku sadari pikiranku kacau dan menimbulkan rasa sedih dan kesepian. Seandainya aku bisa merubah tubuhku menjadi seekor burung, aku akan terbang kepakkan sayapku dan akan mengitari langit semauku. Tapi ini akan tetap menjadi “andai” yang takkan mungkin terjadi, karena aku adalah manusia. Tak terpikir lagi olehku untuk menikmati suasana ramai yang ada di sekelilingku. Karena aku hanya bermain-main dengan kesepian dan kesedihan hatiku. “Tuhan.....apakah arti semua ini??. Apakah memang rasa seperti ini memangn tercipta untuk selalu aku jalani?. Haruskah kunikmati semua ini tanpa ada pengertian yang jelas tentang semua rasa ini??”, Inilah pertanyaanku yang kuutarakan dalam hati kepada Tuhanku. Meskipun aku tak bisa melihat dengan kasat mata wujud Tuhanku...tetapi aku bisa merasakan indahnya pelukan kasih sayangNya. Aku percaya akan janji-janjiNya bahwa segala sesuatu itu indah pada waktunya. Namun yang aku tak bisa pastikan adalah arti “Indah” dan “saat” kapan aku akan melihat bahwa rasa seperti ini membawakan keindahan dalam hidupku.**

“Tanpa Judul”
“hhuuhh...h......gdfs.sdgsdfafasD>.ASsADFASG.DFSGH..D.................”, ntah apa itu yang aku pencet dari tombol keyboard komputer yang ada dihadapanku. Yang jelas aku tak tahu harus menuliskan apa tentang apa yang aku rasakan saat ini. Awalnya aku akan menceritakan perasaan sedihku. Tetapi aku malu...malu kepada yang membaca catatan harianku yang semuanya tentang sedih...gelisah.....sepi...kecewa....bahkan sampai kepada garis-garis halus yang seakan mau membentuk garis putus asa. Kenapa harus ada rasa bingung...kenapa harus ada rasa kecewa yang tak jelas...kenapa aku harus terfokus kepada syair-syair sedih yang muncul dari jiwaku??.........Akh...sudahlah....!. sekarang aku hanya ingin menekan-nekan tombol ini yang seakan mengajakku untuk bermain-main dengannya setelah sekian lama tak kusentuh mereka. Tampak jelas debu sudah menutupi sebagian wajah hitam mereka. Sedangkan huruf-huruf yang tertera si setiap tombol ini semakin memudar. Aku tak perduli...karena mereka tak bernyawa. Yang aku perdulikan adalah bagaimana aku berusaha menghalau setiap detak kesepian dari ruang nada detak jantungku. Aku tak mau berhenti menuliskan semua kata-kata yang terangkai yang ada dikepalaku saat ini. Aku ingin segera menuju lembaran akhir dari halaman putih ini. Dan juga segera berharap dengan berakhirnya tulisan ini, aku bisa menghela nafas sedikit lega karena sebagian uneg-unegku telah tertampung disini. Aku berhenti sejenak memainkan jari-jari tangankumenyentuh tombol-tombol hitam ini. Aku putarkan lagu-lagu sendu yang akan mengiringi tarian jemariku. Dengan nada lembut yang terdengar kini, aku semakin berpacu dengan syair dan kata yang kukbentuk dalam sebuah paragraf tentang rasa yang ada dihatku, yakni sebuah perasaan galau yang tak menentu. Aku menatap keluar melalui jendela kamarku yang terbuka lebar. “Mendung......!, kata hatiku. Yapz...mendung ynag tak berarti hujan. Sudah seminggu ini hujan tak turun-turun. Aku ingin merasakan bunyi “tik....tik..tik....” itu di atas genteng rumah kontrakanku. Aku ingin mengenang masa kecilku di sebuah rumah beratap seng dan kalau hujan turun akan terdengar bunyi seperti permainan alat musik di sebuah konser. Tik-tik itu kuibaratkan seperti suara piano, gemuruh angin seperti suara crash-drum, halilintar seperti suara bunyi bas-drum dan dan suara petir ku bayangkan seperti tam-tam. Bunyi senar gitar itu adalah deru angin yang menimpa pepohonan. Ntahlah...semua itu berpadu. Kemudian suara cekikian dan teriakan anak-anak kecil yang bermain di bawah guyuran hujan itu seperti suara seorang penyanyi kelas dunia yang mengalunkan suara merdunya. “akh....ingin aku kembali ke masa kecilku yang dengan polos telanjang, berlari bermain-maind dengan rintik-rintik hujan itu. Mereka saling mengejar dan menyirami temannya dengan kubangan dan akhirnya asyik dengan kesenangan mereka masing-masing. Semua senang...semua gembira dan saat itu mereka tidak pernah tahu kalau kalau nantinya setelah dewasa, mereka akan kehilangan moment-moment yang mengasyikkan itu. Akh. Seperti yang sekarang aku alami. Manusia dewasa itu penuh dengan pikiran jahat..kotor...nafsu...dan seringkali menjaga image, yang artinya membohongi perasaan sendiri agar tidak diketahui orang lain, akhirnya itu menjadi masalah pelik dan menimbulkan penyaki dan akhirnya mereka mati dengan roh yang tidak tenang. Hujan datang juga akhirnya. Aku ingin keluar dari kamarku saja dan menikmati suasana ini dari balkon kontrakanku.

____selesai or Bersambung______















































Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan,,,jangan KUTUK Indonesiaku....

DUKA INDONESIAKU