my new short story


“” CINTANYA  SANG JANDA “”
                        ‘’ By: Gunawan Reza Tambunsaribu ‘’
                                   
Aku biarkan tangan itu menyentuh lembut pundakku. Sesekali angin mempermainkan rambut panjanganya yang hitam. Disertai tawa kecil, aku menatap lekat pada mata itu, indah bersinar seakan-akan tak pernah merasakan pedihnya hidup. Ntah karena ngantuk atau tidak, akhirnya aku tertidur pulas di pangkuannya dan indah pun berlalu menyertai hari-hari yang telah berganti.

Surat tanda kelulusan dari sekolah Tekhik menengah telah aku terima hari ini. Ibi, ayah dan adik-adikku tentu saja sangat senang dengan kelulusanku. Kami sekeluarga merayakannya dengan masakan sederhana dari ibuku. Aku pun sangat gembira walaupun aku tahu itu pertanda buatku untuk ikut ambil andil dalam meneruskan sekolah adik-adikku. Tantangan bautku yaitu harus cepat-cepat melamar ke berbagai perusahaan utnuk mendapatkan pekerjaan, agar aku dan adik-adikku bisa bertahan hidup di bumi yang sangat keras ini. sebagai seorang anak laki-laki tertua, aku harus rela mengorbankan masa mudaku untuk mencari rezeki ke kota yang sangat jauh dari kampung halamanku. Isak dan tangis disertai lambaian tangan merelakan aku pergi jauh-jauh dari samping sanak keluargaku.

Dua bulan sudah berlalu. Langkah gontaiku terhenti dan aku sudah merasa lelah hari ini mengelilingi beberapa wilayah pabrik dan perusahaan bersama dengan orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama denganku, yakni mencari pekerjaan. sudah beratus-ratus lamaran aku telah kirimkan ke beberapa restoran, perusahaan, pabrik dan tempat lainnya dimana aku dengar ada lowongan. Hanya saja sampai hari ini aku tak pernah putus asa dan selalu punya pengharapan. Itulah nasihat ayah dan ibuku selalu. " Orang yang punya pengharapan akan selalu mendapatkan semangat baru untuk terus maju dan bertahan hidup". Terkadang aku lupa pada nasihat itu jika aku telah lelah berkeliling kota untuk mencari pekerjaan tapi tidak ada satu pun perusahaan yang menerimaku sebagai karyawannya. Untungnya, di samping kamar m\kontrakanku, ada seorang wanita separuh baya yang sudah aku anggap kakakku, karena dia selalu mengingatkan aku pada jalan yang baik dan selalu memperhatikan setiap hariku.
"Tok..Tok!", Seseorang mengetuk pintu kamarku dari luar. Setelah aku buka, ternyata tetanggaku yang sudah aku anggap saudara perempuanku itu datang membawakanku segelas kopi hangat dan sepiring makanan kecil. Aku persilahkan dia masuk dan setelah aku makan, kami berbincang-bincang tentang apa saja yang terbersit di pikiran kami saat itu. Dari setiap perhatiannya aku bersyukur bahwasanya masih ada orang lain yang baru aku kenal bisa menerimaku sebagai seorang pengangguran yang tak bermodal. Wanita yang berumur 28 tahun itu sudah mempunyai anak yang masih berumur 5 tahun. Wanita berkulit putih bersih ini masih berstatus janda, karena dia bercerita kalau  suaminya meninggalkan dia dan anaknya 3 tahun yang lalu, karena ada perempuan lain yang telah merusak hubungan mereka. aku memanggilnya Mba' Yuni. Kalau dilihat jelas, mba Yuni terlihat masih muda banget dan ngga heran banyak pria-pria nakal yang selalu menggodainya kalaumba Yuni mau berangkat kerja di sebuah mall di daerah kota. Dari pagi biasanya dia menitipkan Ical Di tetangganya. Tapi sekarang, kalau aku nggak keluar rumah untuk melamar, aku menawarkan jasa untuk menjaga Ical yang sudah aku anggap keponakanku sendiri. Jika aku sudah bermain dengan Ical, aku teringat masa kecil adik-adikku yang biasanya aku yang momong. Begitulah hari-hariku di kota Jakarta ini. Uang persediaan yang aku bawa dari kampung sudah menipis. Kebimbangan dan kegelisahan selalu membayang-bayangiku. Aku sudah 6 bulan belum memberi kabar ke kampung dan karena aku malu untuk memberitahukan ayah ibu kalau aku masih menganggur.

"Thanks God!, Bisikku dalam hati. Tuhan ternyata masih memberiku kesempatan untuk bertahan hidup di sini. tadi pagi aku mendapatkan sebuah panggilan test di sebuah perusahaan besok pagi. Esoknya, aku langsung berangkat pagi-pagi sekali karena takut-takut macet lagi di jalan seperti 2 minggu kemarin. Persiapanku hanyalah Doa dan harapan. ternyata Tuhan tidak selalu membiarkan umatnya terlalu jatuh. Buktinya, besok aku sudah bisa bekerja dis ebuah perusahaan elektronik di wilayah jakarta pusat, karena hari ini aku lolos test bersama 6 orang temanku.

Bulan pertama, aku merasakan banyak tantangan dalam hari-hariku. Menghadapi suasana kerja yang baru, dan dunia kerja yang baru buatku dan juga menghadapi orang-orang lama yang sudah bekerja di perusahaan tersebut berpuluh-puluh tahun lamanya. Tapi aku tak goyah oleh karena itu, apalagi ada Mba yuni yang selalu mengajari aku menghadapi berbagai macam sifat manusia, dan juga menghadapi suasana baru dalam hidup kita sehariannya. Mba Yuni memang pintar memberikan aku dorongan dan semangat untuk tetap bertahan, agar aku bisa mengubah jalan hidupku.

Setalah  gajian pertama aku dapatkan, aku tak lupa pada janjiku untuk mengirimkan separuh untuk biaya sekolah adik-adikku, Begitu juga dengan gajian seterusnya. Walaupun Jakarta dan segala isinya menggodaku dengan segala kemewahannya, namun aku tetap menjadi Donni yang dulu, yang selalu hidup dalam kesederhanaan. Malam ini, aku dan teman satu kerjaku main ke rumah mba Yuni. Tapi aku heran, aku dapati kamarnya kosong dan tak terisi apapun sama sekali. Aku kaget dan bercampur sedih. Seminggu lalu memang aku tak pulang-pulang ke kontrakanku ini. Jadi aku tak tahu apa dan kenapa mba Yuni dan anaknya nggak ada lagi do samping kamarku. "Apa yang terjadi ya?", tanyaku masih heran. Aku lalu tanyakan hal itu kepada Bu Rahma yang punya warung di depan kontrakan kami. Ternyata aku diberitahu kalau mba Yuni sudah pindah 3 hari yang lalu, dan dia menitipkan surat untukku. Isinya ialah mengundang aku datang ke kontrakan barunya, itupun kalau amu bersedia datang. Katanya Ical, anaknya sudah kangen sama aku. akhirnya karena sudah sore'an, aku dan temanku berpisah, karena dia juga nggak bisa lama-lama. akhirnya aku pergi sendiri ke alamat yang ada di surat yang aku baca tadi. Sesampai di wilayah yang aku tuju, aku mengitari kamar-kamar yang berderet rapi di sana. Aku langsung berhenti tepat di depan kamar yang aku tuju. Aku kaget setelah aku lihat mba Yuni sedang mengkompress dahi dan badan Ical di kasur yang tipis itu. Karena mba Yuni membelakangi pintu, jadi dia tidak melihat aku datang. Tapi sebelum aku mengucapkan selamat malam" jelas aku dengar Bocah lecil  yang imut itu memanggilku dengan sebutan "Papa", karena dia melihat kedatanganku. Aku kaget dan lebih herannya mba Yuni langsung memelukku erat sambil berkata " Kami membutuhkan mu Don!. Aku dan Ical mencintaimu". Aku tak bisa lagi berbuat apa-apa selain diam membisu sambil memeluk erat Ical. Sampai pulang ke kontrakan pun aku tak bisa berkata apa-apa. Serasa bibirku terkunci dengan kata-kata yang barusan aku dengar dari bibir perempuan yang sudah kuanggap saudaraaku sendiri. Dalam hati aku terus bertanya. "Kenapa harus aku yang dia cintai?. Ntah yang tadi aku lihta dan dengar hanyalah imajinasiku saja?, kenapa aku harus diam dan tak bicara apa-apa?. Salahkah Mba Yuni yang sudah berumur 29' tahun mencintaiku yang masih berumur 19' tahun?. Dimanakah logika cinta dan apa arti dari semua ini?. Malam ini, aku tak bisa tidur dalam pilihan ini. Apakah aku harus bilang "iya" untuk membahagiakan Ical dan Mba Yuni?, atau aku harus bilang "Tidak" tapi harus mempertaruhkan nyawa bocah cilik yang sudah menganggapku "ayah" itu?. Tuhan!, dimanakah aku harus bertanya?, sedangkan pikiran dan jiwaku masih galau. "Hah!, aku harusnya tidak pernah mengenal Mba Yuni dan Anak kecil itu", aku berkata dalam hati. Ah!, haruskah aku menjalani dan memutuskan sendiri pilihan yang sangat berat ini?. Dan sampai kuakhiri cerita ini, aku tak mampu untuk berfikir jernih melepaskan semua ini. Dan aku bertanya dalam hati, apakah aku harus mengakhiri pertemuanku dengan Mba Yuni dan anaknya seperti aku mengakhiri ceritaku di lembaran putih ini?.
                       
                                                                  "' End ""                    

Editted by GUn// PT.KDS-IND-MM-2100, Cikarang // 7/3/2006 8:56:48 AM

"Note**: This story is a Fictif art. The Writer is Gunawan Reza Tambunsaribu. This Story in never published yet at any Media.


                                     








Subscribe to updates

Komentar

Gunawan Tambunsaribu mengatakan…
keep writing mannnnn

Postingan populer dari blog ini

Tuhan,,,jangan KUTUK Indonesiaku....

DUKA INDONESIAKU