Anggap aku sebagai Manusia
Anggap aku sebagai Manusia
06.30 WIB Bekasi. 14.01.2010
Aku melihat disana ada seorang yang tak punya
kaki. Dia sedang mengemis di bawah panas teriknya matahari. Aku sedang duduk
meneguk segelas teh manis dingin di sebuah warung tenda yang menaungiku dari
panasnya cuaca hari itu. Mataku awas melihat orang-orang yang melewatkan
pemandangan itu. sesekali kulihat orang melemparkan recehan ke samping orang
yang tak punya kaki tersebut. Ku lihat dia tersenyum dan sesekali mulutnya
komat-kamit seakan mengucapkan rasa terima kasihnya kepada mereka yang
mengasihaninya. Tetapi aku tahu, jauh di lubuk hatinya dia berkata dan ingin
berteriak kepada orang-orang yang melemparkan uang recehan kepadanya “Anggap
aku sebagai manusia”. Yah..itulah yang aku bisa tangkap dari bola matanya. Aku tahu
dia ingin sekali berteriak meminta keadilan dari Tuhan karena dia terlahir
tidak sesempurna yang disebut manusia. Dia tidak mempunyai kedua kaki untuk
berjalan saat dia dilahirkan ibunya. Setiap hari dia melihat orang-orang
sempurna tubuhnya memandang sebelah mata kearahnya. Banyak juga dari mereka
tidak memberi tetapi hanya mencibir dan tak perduli akan kekurangannya. Dia ingin
berbuat lebih. Tetapi apa daya, sejak kecil pun orangtuanya telah melarikan
diri dari tanggung jawabnya dan tidak menganggapnya sebagai anak. Untungnya ada
sebuah keluarga yang mau mengadopsinya. Betapa mulia keluarga itu, meskipun di
rumah itu pun banyak ketidak adilan yang diterimanya, namun tetap ia bersyukur
kepada Tuhan yang masih sayang dan perduli padanya hingga mengetuk hati seorang
ibu yang telah merawatnya sampai remaja seperti sekarang. Namun kepada siapa
lagi dia meminta dan berdoa, selain kepada Tuhan yang memberikannya nyawa
setiap pagi datang kembali. Meskipun dia setiap harinya di antar jemput ke
tempat dimana dia sekarang mencari nafkah hidup, namun tetap saja ia meminta
keadilan dari Tuhan agar semua orang yang melihatnya menganggap dia sebagai
manusia, bukan sebuah barang rongsok yang ada di pinggir jalan. Sebuah senyuman
yang diberikan kepadanya pun sudah membuatnya menjadi manusia sempurna meskipun
hal itu tidak akan pernah terjadi dalam wujud nyata. Inilah kata hati seorang
si kaki buntung yang selalu meminta dianggap sebagai seorang manusia, bukan seonggok
sampah yang berada di samping jalan raya. “berikan aku satu senyuman, agar aku
bisa tenang”, itulah permintaan hatinya yang paling dalam dan berdoa semoga
manusia yang telah diciptakan sempurna oleh Tuhan selalu bersyukur atas semua
kersempurnaan tubuh mereka tanpa bersungut-sungut untuk menjadi lebih dan lebih
dari apa yang telah tercipta padanya. Betapa sucinya doa si kaki pincang itu,
tidak seperti manusia sempurna yang tak pernah bersyukur atas nafas hidupnya
setiap pagi. Siapakah yang layak di sebut manusia??. Si kaki buntung yang
selalu bersyukur atas hidupnya atau si manusia sempurna yang tak punya rasa
terima kasih???.
Komentar