Tentang ketakutanku



Tentang ketakutanku

Bekasi. 2010. 04.15 WIB 14-01-2010

Aku baru saja bangkit dari tempat tidurku setelah beberapa jam aku mencoba memejamkan mata dan tak bisa aku menenangkan tubuhku dalam tidur. Aku termangu dalam sajak-sajak hatiku. Seakan berbagai nyanyian terdengar dari lubuk hatiku. Tetapi yang kudengar di hatiku tak bisa kudengar ditelinga fanaku. Disaat seperti ini aku takut Tuhan akan mengambil nyawaku. Aku begitu takut mendengar dan membayangkan kematianku nantinya karena sku sadar aku belum pernah berbuat kebaikan kepada Tuhan. Yapz..meskipun aku tahu Tuhan maha pengampun dosa-dosa umatnya, tetap saja aku takut pada hari penghakiman setelah aku mati nanti. Aku yang terlalu angkuh selama aku hidup. Aku yang tidak takut pad dosa selama aku hidup. Aku yang terlalu terpaku pada indahnya dunia. Aku yang terlalu terpesona dalam suka dunia.

Kali ini, hatiku ingin bersyukur dan menyembah Dia yang kusebut Tuhan. Di dalam doaku aku meminta agar aku masih diberikan kesempatan. Kesempatan untuk bangkit dari keterpurukanku karena dosa. Aku meminta diberikan kedamaian oleh Dia yang maha kuasa untuk tetap bisa merasakan sinar pagi di esok hari. Rasa syukur ini adalah gambaran ketakutanku. Aku takut aku terlambat untuk berdoa padaNya yang Illahi. Aku takut timbangan dosaku terlalu berat, hingga aku jatuh ke sebelah kiri yang kuartikan ‘neraka’. Semua yang kutakutkan semakin menggelisahkan jiwaku. Hingga untuk menatap detik jam pun aku takut. Takut disaat itu juga takkan bisa kudengar detak jantungku. Aku takut jikalau di dalam berdoa ini pun aku tak pantas, karena mulutku terlalu bebal untuk mengungkapkan semua dosa yang telah aku perbuat. Aku takut aku takkan sanggup menjalankan detik-detik hidupku yang diberikan Tuhan untuk bertobat.

Namun yang aku sanggup lakukan adalah terus memejamkan mata dan berdoa. Aku masih punya pengharapan yang baru detik ini muncul di otakku dan turun ke hatik. Aku masih punya pengharapan karena rasa gelisah ini telah membuka lorong dosaku. Hingga sedikit demi sedikit aku mengais kotoran dan menggangkut debu dosaku dari lorong dosa-dosaku. Aku ingin lorong itu bersih kembali seperti saat aku terlahir dari rahim ibuku. Meskipun dalam pengharapanku itu pun aku masih takut, namun kusiapkan segala kemungkinan dan mencoba mengumpulkan kekuatan imanku agar aku tidak terjatuh dalam kelemahan hati. Aku takut jika aku terlalu lemah, iblis kan mengambil alih pengharapanku dan aku takut aku kembali lagi pada dosa. Sanggupkah aku Tuhan menerima segala penghinaan itu. Penghinaan yang kuterima dari orang-orang yang aku cintai. Karena mereka terus mengejekku sebagai seorang penyembah berhala. Berhala cinta, dusta, sengsara, derita karena dosa, dan semua berhala yang selama ini terlalu aku bangga-banggakan. Namun kini....lihatlah hatiku Tuhan. Aku jujur akui..aku masih percaya padaMu. Dahulu pun aku percaya padaMu tapi tetap menjauhi jalanMu. Kini aku meminta kembali kasihMu bapa. Hanya kasihMu yang dapat selamatkan aku. Karena ‘selamatku’ bukanlah karena perbuatanku tetapi karena kasih setiaMu yang terus memanggil-manggil namaku agar aku mengikutiMu. Bapa...ijinkan aku tetap bersyukur di sisa-sisa nafasku. Karena aku tahu aku tak muda lagi. Aku tahu rona dan garis-garis tua ini adalah pemberianMu. Disini pun aku terus belajar mengenal kasihMu bapa. Disini, di kamar sepsi ini, aku membuka semua isi hatiku. Aku ingin berdiri dalam iman. Iman yang memercayakan namaMu saja. Tuhan...aku pun mengucapakan “terpujilah Engkau untuk selama-lamaNya, karena Kau takkan pernah meninggalkanku terlalu jauh. Tuhan....gendong aku dalam pesonamu. Bawa aku ke ladang firmanMu. Berikan aku padang rumput yang penuh dengan nasihat-nasihatMu. Beri aku tetap kekuatan untuk melalui semua  tahap utnuk mennangalkan sedikit demi sedikit dosa ini. Bapa terkasih..aini aku anakMu. Kuberikan Hormat pada Tuhanku. __amen—

## by Gunawan Tambunsaribu_2010##


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan,,,jangan KUTUK Indonesiaku....

DUKA INDONESIAKU